Page 421 - e-KLIPING KETENAGAKERJAAN 19 OKTOBER 2020
P. 421

PENGAMAT SOAL UPAH TAK NAIK DI 2021: JALAN TENGAH ERA CORONA

              Jelang  akhir  tahun,  nasib  Upah  Minimum  Provinsi  (UMP)  pada  2021  mendatang  mulai
              diperbincangkan. Namun, sejumlah pengamat ekonomi menilai UMP tidak naik atau tetap pada
              2021 mendatang merupakan jalan tengah, bagi pengusaha maupun buruh/pekerja di tengah
              pandemi  covid-19.  Ekonom  CORE  Indonesia  Akhmad  Akbar  Susamto  mengatakan  Peraturan
              Pemerintah  (PP)  78  tahun  2015  tentang  Pengupahan  mengatur  jika  kenaikan  UMP  dihitung
              berdasarkan inflasi dan pertumbuhan ekonomi.

              Di sisi lain, pandemi covid-19 mempengaruhi kedua indikator tersebut. Bahkan, pertumbuhan
              ekonomi dipastikan mengalami kontraksi tahun ini karena pandemi covid-19. Ia menuturkan jika
              secara kaku mengikuti rumus inflasi dan pertumbuhan ekonomi, maka UMP dan UMK bisa turun.
              Namun, PP tentang Pengupahan tidak mengatur jika pertumbuhan ekonomi negatif.

              "Jadi,  pertumbuhan  UMP  dan  UMK  nol,  menurut  saya  merupakan  jalan  tengah  yang  baik,"
              katanya kepadaCNNIndonesia.com, Jumat (16/10).
              Namun, ia menilai pemerintah harus memberikan subsidi kepada pekerja untuk meringankan
              beban ekonomi mereka lantaran UMP dan UMK tidak naik di tahun depan. Sebab, pandemi covid-
              19 membuat pekerja mengalami kesulitan finansial.

              Akhmad mendorong pemerintah melanjutkan program pemberian subsidi tahun ini, misalnya
              bantuan subsidi gaji/upah bagi pekerja bergaji di bawah Rp5 juta.

              Namun, pemerintah juga harus mempertimbangkan golongan pekerja di sektor informal yang
              jumlahnya banyak dan tidak lepas dari dampak pandemi covid-19.

              "Memang itu belum cukup, karena banyak juga pekerja yang bekerja di sektor informal dan
              bukan merupakan anggota BPJS Ketenagakerjaan," terang dia.
              Senada, Ekonom Indef Enny Sri Hartati mengatakan besar kemungkinan UMP tidak akan naik
              tahun depan. "Jadi, memang tak ada alasan untuk menaikkan UMP tahun depan," katanya.

              Bahkan, jika mengacu pada kondisi inflasi dan pertumbuhan ekonomi ia menyebut pengusaha
              bisa  menuntut  penurunan  UMP.  Sebab,  pandemi  covid-19  mempengaruhi  kedua  indikator
              tersebut.

              Oleh sebab itu, ia menilai untuk meringankan beban pekerja terdampak pandemi tahun depan,
              maka pemerintah harus hadir. Sebab, besar kemungkinan UMP tidak naik pada 2021, sementara
              beban ekonomi pekerja akibat covid-19 masih berat.

              "Pemerintah  harus  kompensasi  dengan  subsidi,  perlindungan  sosial,  menjaga  harga  barang
              pokok tidak naik, turunkan tarif listrik melalui subsidi, kan pemerintah diberikan diskresi melalui
              anggaran," jelasnya.

              Untuk  diketahui,  pemerintah  menaikkan  UMP  pada  2020  sebesar  8,51  persen.  Penetapan
              kenaikan  UMP  tertuang  dalam  surat  Nomor  B-M/308/HI.01.00/X/2019  tentang  Penyampaian
              Data Tingkat Inflasi Nasional dan Pertumbuhan Produk Domestik Bruto.

              Dalam surat tertanggal 15 Oktober lalu, dijelaskan berdasarkan data BPS hingga 2 Oktober,
              inflasi nasional sebesar 3,39 persen. Sementara itu, untuk pertumbuhan ekonomi berada di level
              5,12 persen.

              "Dengan demikian, kenaikan UMP dan atau UMK 2020 berdasarkan data inflasi dan pertumbuhan
              ekonomi nasional sebesar 8,51 persen," kata menteri ketenagakerjaan yang menjabat saat itu,
              Hanif Dhakiri. (ulf/bir).


                                                           420
   416   417   418   419   420   421   422   423   424   425   426