Page 44 - e-KLIPING KETENAGAKERJAAN 19 OKTOBER 2020
P. 44

Ringkasan

              Sejumlah pemerintah daerah (pemda) mulai bergerak mengawal Undang-Un-dang Cipta Kerja
              (UU  Ciptaker)  dan  aturan  turunannya.  Perimbangan  kewenangan  daerah  dan  pusat  dalam
              regulasi tersebut mendapat sorotan dari pemerintah daerah.

              Di Makassar, Sulawesi Selatan, Gubernur Sulawesi Selatan HM Nurdin Abdullah membuka 'dialog
              dengan 23 rektor perguruan tinggi negeri dan swasta di provinsi tersebut guna menelaah UU
              Ciptaker. Masukan dari akademisi itu lalu dihimpun dan akan disampaikan kepada Presiden Joko
              Widodo.



              DAERAH KAWAL TURUNAN UU CIPTAKER

              Sejumlah pemerintah daerah (pemda) mulai bergerak mengawal Undang-Un-dang Cipta Kerja
              (UU  Ciptaker)  dan  aturan  turunannya.  Perimbangan  kewenangan  daerah  dan  pusat  dalam
              regulasi tersebut mendapat sorotan dari pemerintah daerah.

              Di Makassar, Sulawesi Selatan, Gubernur Sulawesi Selatan HM Nurdin Abdullah membuka 'dialog
              dengan 23 rektor perguruan tinggi negeri dan swasta di provinsi tersebut guna menelaah UU
              Ciptaker. Masukan dari akademisi itu lalu dihimpun dan akan disampaikan kepada Presiden Joko
              Widodo. "Kami melakukan koordinasi, komunikasi kepada semua pihak. Kita tahu persis elemen
              mahasiswa juga ikut memprotes UU Cipta Kerja. Makanya seluruh rektor
              kita kumpulkan hari ini untuk menyamakan visi kita tentang UU omnibus law ini," kata Gubernur
              Nurdin Abdullah di Makassar, Ahad (18/10).

              Nurdin Abdullah memandu dan memimpin langsung jalannya diskusi untuk meminta masukan
              dari berbagai pihak terkait UU Cipta Kerja. Acara itu turut dihadiri ketua DPRD, kapolda, dan
              forkopimda lainnya di Sulawesi Selatan. Komunikasi juga dilakukan dengan elemen mahasiswa
              dan serikat pekerja. "Kalau bisa berdialog, mengapa kita mesti turun ke jalan, apalagi merusak
              fasilitas negara yang nota benenya adalah uang rakyat yang dipakai membangun? Sehingga,
              kita di Sulsel ini lebih pada menyelesaikan masalah melalui dialog," ujar Gubernur.

              Sebelumnya,  akhir  pekan  lalu,  Asosiasi  Pemerintah  Kota  Seluruh  Indonesia  (Apeksi)  juga
              melakukan pertemuan untuk membahas UU Ciptaker di Jakarta. Wakil Ketua Apeksi sekaligus
              Wali' Kota Bogor Bima Arya mengatakan, hasil dialog akan ditampung untuk dibahas lagi pada
              Rabu (21/10). "Apeksi alon membentuk tim khusus untuk mengawal peraturan pemerintah ini,
              mengawal semua perumusan aturan turunannya. Tim khusus dari Apeksi ini harus dilibatkan
              dalam perumusan aturan-aturan tersebut," kata Bima kepada Republika.

              Bima  menekankan,  kepala  daerah  memiliki  tanggung  jawab  untuk  menyerap  aspirasi  di
              wilayahnya.  Sebab,  kepala  daerah  juga  mempunyai  tanggungjawab  memastikan  rencana
              pembangunan di daerahnya masing-masing bisa tetap terus berjalan sesuai dengan aturan.

              Rapat Apeksi dipimpin Ketua Apeksi Airin Rachmi Diany (wali kota Tangerang Selatan) dan diikuti
              pengurus lainnya. Wali kota lainnya dari enam komisariat wilayah Apeksi hadir dan ikut berdiskusi
              melalui saluran daring. Dalam draf awal yang dilayangkan pemerintah ke DPR pada Februari lalu,
              nyata dalam sejumlah pasal bahwa kewenangan pemerintah daerah dalam hal perizinan usaha
              dipangkas  dan  dialihkan  ke  pemerintah  pusat.  Sejumlah  kewenangan  tersebut  akhirnya
              dikembalikan dalam draf akhir yang diserahkan ke presiden pekan lalu.

              Kendati demikian, ada sejumlah pasal yang masih menempatkan kewenangan daerah di bawah
              pusat.  Pasal  174,  misalnya,  mengatur  bahwa  kewenangan  menteri,  kepala  lembaga,  atau
              pemerintah  daerah  yang  telah  ditetapkan  dalam  undang-undang  untuk  menjalankan  atau

                                                           43
   39   40   41   42   43   44   45   46   47   48   49