Page 164 - e-KLIPING KETENAGAKERJAAN 21 OKTOBER 2020
P. 164

Menurut Nabiyla, klaim Menaker soal kompensasi untuk pekerja yang masa kontraknya berakhir
              belum memiliki perhitungan dan mekanisme yang jelas.


              PERNYATAAN MENAKER SOAL UU CIPTA KERJA UNTUNGKAN PEKERJA KONTRAK
              DINILAI PREMATUR

              Dosen  Hukum  Ketenagakerjaan  Universitas  Gadjah  Mada  (UGM)  Nabiyla  Risfa  Izzati  menilai
              terlalu dini jika Menteri Ketenagakerjaan Ida Fauziyah mengatakan UU Cipta Kerja memberikan
              perlindungan ekstra bagi pekerja kontrak.

              Menurut Nabiyla, klaim Menaker soal kompensasi untuk pekerja yang masa kontraknya berakhir
              belum memiliki perhitungan dan mekanisme yang jelas.

              "Masih terlalu prematur untuk bilang bahwa uang kompensasi ini akan menguntungkan bagi
              pekerja kontrak," ujarnya saat dihubungi, Selasa (20/10/2020).

              Ketentuan mengenai kompensasi bagi pekerja kontrak itu diatur dalam Pasal 61A Bab IV tentang
              Ketenagakerjaan di UU Cipta Kerja.

              Pasal  61A  ayat  (1)  menyatakan  pengusaha  wajib  memberikan  yang  kompensasi  kepada
              pekerja/buruh ketika perjanjian kerja waktu tertentu (PKWT) berakhir. Ayat 2 menyebutkan,
              uang kompensasi diberikan sesuai masa kerja pekerja.

              Namun,  ketentuan  lebih  lanjut  mengenai  uang  kompensasi  itu  akan  diatur  dalam  peraturan
              pemerintah (PP).

              Sementara untuk proses pembuatan PP, pemerintah memiliki waktu yang sangat sempit yaitu
              maksimal 3 bulan. Nabila menyangsikan PP tersebut bisa mewakili aspirasi buruh.

              Kendati  demikian,  ia  tetap  berharap  berbagai  peraturan  turunan  klaster  ketenagakerjaan
              berpihak pada kepentingan pekerja.

              "Hal ini hanya akan bisa terjadi kalau pembuatan PP dilakukan secara transparan dan melibatkan
              semua stakeholder terkait," katanya.
              Alih-alih menguntungkan, Nabila menyatakan bahwa yang nampak nyata di UU Cipta Kerja justru
              berkurangnya perlindungan terhadap pekerja kontrak.

              Hal ini tercermin dari diubahnya ketentuan dalam Pasal 59 UU Ketenagakerjaan Nomor 13 Tahun
              2003 yang membatasi jangka waktu pekerja kontrak.

              Pasal 59 UU Ketenagakerjaan membatasi masa kerja kontrak selama dua tahun dengan maksimal
              perpanjangan satu tahun. Ketentuan ini dihapus dalam UU Cipta Kerja dan selanjutnya akan
              diatur dalam PP.

              "Dengan dihapuskannya batas waktu ini, maka peralihan dari pekerja kontrak ke pekerja tetap
              menjadi sulit terjadi. Hal ini tentu merugikan bagi pekerja kontrak sendiri," kata Nabiyla.

              Sebelumnya, Menaker Ida Fauziyah mengatakan ada beberapa keuntungan yang bisa didapatkan
              para pekerja kontrak dalam UU Cipta Kerja, terutama terkait perlindungan pekerja saat menjadi
              korban pemutusan hubungan kerja (PHK).
              Dikatakan Ida, pekerja dengan status kontrak akan mendapatkan kompensasi jika terkena PHK.


              Dalam aturan lama di UU Ketenagakerjaan, kompensasi hanya diberikan untuk pekerja yang
              berstatus karyawan tetap lewat skema pesangon.
                                                           163
   159   160   161   162   163   164   165   166   167   168   169