Page 44 - e-KLIPING KETENAGAKERJAAN 21 OKTOBER 2020
P. 44

BURUH MENOLAK IKUT MEMBAHAS ATURAN TURUNAN

              Rancangan  peraturan  turunan  perihal  sejumlah  isu  krusial  di  bidang  ketenagakerjaan  dalam
              Rancangan Undang-Undang Cipta Kerja mulai dibahas. Serikat pekerja memutuskan menarik diri
              dari proses pembahasan dan memilih jalur lain untuk menyuarakan penolakan atas RUU sapu
              jagat tersebut.

              Proses  pembahasan  rancangan  peraturan  turunan  kluster  ketenagakerjaan  RUU  Cipta  Kerja
              dimulai lewat rapat perdana di Hotel Royal Kuningan, Jakarta, Selasa (20/10/2020) siang. Rapat
              "Kick off the Tripartite Meeting Pembahasan Peraturan Pelaksanaan Substansi Ketenagakerjaan
              UU Cipta Kerja" itu mengundang 24 orang perwakilan konfederasi dan serikat pekerja/buruh.
              Namun, mayoritas tak hadir.

              Presiden  Konfederasi  Serikat  Buruh  Seluruh  Indonesia  (KSB-SI)  Elly  Rosita  Silaban,  Selasa,
              menyatakan, buruh menolak karena sedang menyiapkan rencana uji formil dan materi RUU Cipta
              Kerja ke Mahkamah Konstitusi. Kehadiran buruh di dalam rapat pembahasan rancangan aturan
              turunan sama halnya mengakui keabsahan RUU Cipta Kerja.

              Selain itu, buruh juga mengkhawatirkan proses pembahasan rancangan peraturan turunan tidak
              jauh  berbeda  dengan  forum-forum  tripartit  sebelumnya.  KSBSI  sempat  terlibat  dalam  forum
              tripartit yang digagas pemerintah untuk membahas substansi kluster ketenagakerjaan di draf
              RUU Cipta Kerja. Namun, menurut Elly, proses itu menjadi formalitas belaka. Tuntutan utama
              buruh, misalnya terkait kepastian kerja dan perlindungan bagi pekerja perjanjian kerja waktu
              tertentu (PKWT) dan pekerja alih daya, tidak diakomodasi pemerintah.

              "Memang benar, tidak semua yang kita perjuangkan itu diabaikan (pemerintah), tetapi justru
              yang inti dan penting itu hilang," kata Elly.

              Presiden Konfederasi Serikat Pekerja Nasional (KSPN) Ristadi, yang terkesan kerap berkompromi
              dengan  pemerintah,  juga  memutuskan  tak  hadir  dalam  forum  tripartit.  KSPN  memilih
              menyiapkan uji materi ke MK. "Saya mendorong memakai forum Lembaga Kerja Sama Tripartit
              Nasional untuk membahas RPP turunan RUU Cipta Kerja, bukan forum tripartit sementara seperti
              ini," katanya.

              Menurut  Ketua  Umum  Asosiasi  Pengusaha  Indonesia  Hariyadi  Sukamdani,  agar  proses
              penyusunan  rancangan  peraturan  turunan  berlangsung  terbuka,  sebaiknya  perwakilan  unsur
              serikat pekerja dan buruh terlibat dalam forum tripartit.

              "Kalau dikasih kesempatan tapi tak diambil, ya, tinggalkan. Negara harus tegas," katanya.

              Hariyadi mengatakan, pengusaha sebenarnya juga mendapat beban baru lewat RUU Cipta Kerja.
              Ia mencontohkan ketentuan kewajiban kompensasi bagi pekerja PKWT yang sudah habis masa
              kontraknya.

              "Di sektor saya (hotel dan restoran) terasa sekali bebannya karena di tempat kami banyak yang
              berstatus kontrak. Tetapi, kita ini kan harus sama-sama take and give," katanya.

              Sekretaris  Jenderal  Kementerian  Ketenagakerjaan  Anwar  Sanusi  mengatakan,  pembahasan
              rancangan peraturan turunan ditargetkan rampung pada November 2020 sesuai target tenggat
              satu  bulan  dari  Presiden  Joko  Widodo.  Ada  empat  rancangan  peraturan  pemerintah  terkait
              kluster ketenagakerjaan. (AGE)







                                                           43
   39   40   41   42   43   44   45   46   47   48   49