Page 78 - e-KLIPING KETENAGAKERJAAN 23 JUNI 2020
P. 78
Academic Consultant Thammasat University Thailand Walter Jamieson juga menilai saat ini
adalah waktu yang tepat bagi industri pariwisata di Asia untuk melakukan penyesuaian,
menurutnya, penyesuaian dilakukan karena untuk mengantisipasi kondisi pada masa normal
baru yang merupakan masa transisi hingga ketika vaksin akhirnya ditemukan.
INVESTASI DAN INSENTIF
Sebagai bentuk dukungan, selain mengkaji travel bubble, pemerintah tetap melanjutkan
pengerjaan berbagai proyek infrastruktur pariwisata. Contohnya, lima kawasan strategis
pariwisata nasional, baik dalam hal pekerjaan konstruksi maupun lelang proyek.
Kelima destinasi tersebut, yakni Danau Toba, Sumatra Utara; Borobudur, Jawa Tengah;
Mandalika, Nusa Tenggara Barat; Labuan Bajo, Nusa Tenggara Timur; dan Manado-Bitung-
Likupang, Sulawesi Utara. Pengerjaan proyek ini dilakukan oleh Kementerian Pekerjaan Umum
dan Perumahan Rakyat (PUPR), dengan total anggaran Rp8,62 triliun pada tahun anggaran
2019---2021.
Di samping itu, Kemenparekraf akan menyalurkan Bantuan Insentif Pemerintah (BIP) senilai
Rp24 miliar kepada pelaku ekonomi kreatif dan pariwisata. Sebelumnya, pemerintah juga
menyiapkan insentif pajak bagi sektor ini. Meneruskan sejumlah proyek itu bukanlah tanpa
alasan. Investasi selalu digadang-gadang menjadi salah satu opsi utama untuk memulihkan
ekonomi Indonesia yang tertekan akibat pandemi Covid-19.
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), ekonomi Indonesia hanya tumbuh 2,97% secara
year-on-year (yoy) pada kuartal 1/2020, sekaligus salah satu yang terendah sejak 2001.
Pertumbuhan ekonomi pada kuartal 1/2020, juga menjadi pertumbuhan kuartalan terendah
sejak kuartal IV/2000. Berdasarkan data OECD, saat itu, PDB Indonesia hanya tumbuh 2,88%.
Industri pariwisata yang menjadi salah satu penyumbang devisa negara pun tak berkutik karena
mobilitas manusia mesti dibatasi demi memutus penyebaran virus corona. Pada 2019, devisa
dari sektor ini mencapai Rp280 triliun atau naik dari tahun sebelumnya yakni Rp270 triliun.
Peneliti senior Institute for Develop-ment of Economics and Finance (Indef) Enny Sri Hartati
menyebutkan tekanan sangat dalam terhadap ekonomi Indonesia akan terjadi pada kuartal
II/2020 karena dampak dari wabah Covid-19 dan pemberlakuan Pembatasan Sosial Berskala
Besar (PSBB) mulai terjadi.
"Butuh satu kegiatan atau investasi yang betul-betul mampu menciptakan lapangan kerja. Satu-
satunya adalah sektor industri yang sangat ekstensif, sektor-sektor lain satu investasi ratusan
miliar cuma menyerap puluhan tenaga kerja," ucapnya, belum lama ini.
Kementerian Ketenagakerjaan (Kemena-ker) melaporkan per 2 Juni 2020, sekitar 3,05 juta
pekerja terdampak Covid-19 dan memperkirakan tambahan pengangguran bisa mencapai 5,23
juta orang. Adapun, catatan Kemenparekraf menyebutkan hingga April 2020 saja, jumlah tenaga
kerja yang dirumahkan mencapai lebih dari 1 juta orang. Kemudian, pekerja informal yang
terimbas berjumlah 314.833 orang.
Sementara itu, korban pemutusan hubungan kerja (PHK) mencapai 375.000 orang. Dengan
demikian, total pekerja yang terdampak pandemi menyentuh 1,7 juta orang.
Sebelumnya, survei yang dilakukan oleh Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), Badan
Litbang Ketenagakerjaan Kementerian Ketenagakerjaan dan Lembaga Demografi Fakultas
Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia (UI) mengindikasikan jumlah pekerja yang mengalami
PHK bakal terus meningkat.
77