Page 261 - e-KLIPING KETENAGAKERJAAN 22 OKTOBER 2020
P. 261

Ringkasan

              Direktur Trade Union Rights Centre (TURC) Andriko Otang mengatakan, prinsip perlindungan
              bagi pekerja dan kepastian pekerjaan justru hilang dalam UU Cipta Kerja. Ia tak sependapat
              dengan  Menteri  Ketenagakerjaan  Ida  Fauziyah  yang  menyatakan  UU  Cipta  Kerja  akan
              memberikan keuntungan bagi pekerja kontrak. "Kalau kita belajar dari UU Nomor 13 Tahun 2003,
              bahwa PHK adalah upaya terakhir yang dilakukan perusahaan untuk mengakhiri hubungan kerja.
              Tapi prinsip itu hilang dalam UU Cipta Kerja," kata Andriko saat dihubungi, Rabu (21/10/2020).
              "Saya berpandangan bahwa filosofi hukum ketenagakerjaan untuk memberikan perlindungan
              bagi  pekerja,  memberikan  kepastian  akan  pekerjaan,  itu  adalah  sebuah  prinsip  yang  harus
              dipegang  oleh  para  pembuat  kebijakan,"  tutur  dia.  Menurut  Andriko,  ketentuan  kompensasi
              untuk pekerja yang masa kontraknya berakhir dalam UU Cipta Kerja perlu dipandang secara
              cermat.



              TURC: PRINSIP PERLINDUNGAN DAN KEPASTIAN PEKERJAAN HILANG DALAM UU
              CIPTA KERJA

              Direktur Trade Union Rights Centre (TURC) Andriko Otang mengatakan, prinsip perlindungan
              bagi pekerja dan kepastian pekerjaan justru hilang dalam UU Cipta Kerja .
              Ia tak sependapat dengan Menteri Ketenagakerjaan Ida Fauziyah yang menyatakan UU Cipta
              Kerja akan memberikan keuntungan bagi pekerja kontrak .

              "Kalau  kita  belajar  dari  UU  Nomor  13  Tahun  2003,  bahwa  PHK  adalah  upaya  terakhir  yang
              dilakukan perusahaan untuk mengakhiri hubungan kerja. Tapi prinsip itu hilang dalam UU Cipta
              Kerja," kata Andriko saat dihubungi, Rabu (21/10/2020).

              "Saya berpandangan bahwa filosofi hukum ketenagakerjaan untuk memberikan perlindungan
              bagi  pekerja,  memberikan  kepastian  akan  pekerjaan,  itu  adalah  sebuah  prinsip  yang  harus
              dipegang oleh para pembuat kebijakan," tutur dia.

              Menurut Andriko, ketentuan kompensasi untuk pekerja yang masa kontraknya berakhir dalam
              UU Cipta Kerja perlu dipandang secara cermat.

              Sebab, dia khawatir besaran kompensasi yang diberikan perusahaan tidak sebanding dengan
              risiko yang ditanggung pekerja akibat terjadi pemutusan hubungan kerja (PHK).
              Ketentuan  kompensasi  itu  belum  jelas  pelaksanaannya  karena  akan  diatur  lewat  peraturan
              turunan.

              "Kalau kompensasinya satu bulan gaji, itu tidak seimbang dengan risiko dan tantangan sosial-
              ekonomi yang harus dihadapi pekerja akibat PHK," tutur Andriko.

              Selain itu dia mengatakan, diubahnya ketentuan dalam Pasal 59 UU Ketenagakerjaan Nomor 13
              Tahun  2003  yang  membatasi  jangka  waktu  pekerja  kontrak  menimbulkan  ketidakpastian
              pekerjaan bagi pekerja.

              Pasal 59 UU Ketenagakerjaan membatasi masa kerja kontrak selama dua tahun dengan maksimal
              perpanjangan satu tahun. Ketentuan ini dihapus dalam UU Cipta Kerja dan selanjutnya akan
              diatur dalam PP.

              Andriko mengatakan, pekerja dapat selama-lamanya menjadi pekerja kontrak dan tidak akan
              pernah menikmati kompensasi berupa pesangon seperti pekerja tetap ketika terjadi PHK.



                                                           260
   256   257   258   259   260   261   262   263   264   265   266