Page 247 - e-KLIPING KETENAGAKERJAAN 27 OKTOBER 2020
P. 247

Juru bicara MK, Fajar Laksono mengaku telah menerima empat permohonan JR. Namun hingga
              kini empat permohonan tersebut sidangnya belum teragendakan. "Ada empat permohonan,"
              kata Fajar dikonfirmasi, Senin (26/10).

              Fajar menyampaikan, pihaknya belum mengagendakan persidangan untuk empat permohonan
              JR. Namun, dia tak menutup kemungkinan teknis agenda persidangan akan digabung, karena
              objek  permohannya  sama.  "Saya  belum  tahu,  karena  belum  diagendakan.  Mungkin  saja
              digabung," ujar Fajar.

              Mengutip  pada  laman  mkri.id  Senin  (26/10),  permohonan  JR  terbaru  dilayangkan  oleh
              masyarakat asal Papua yakni Zakarias Horota, Agustinus R Kambuaya dan Elias Patage. Dalam
              permohonannya, mereka menduga proses pembentukan UU Cipta Kerja melanggar ketentuan
              tata tertib DPR.

              Alasa  permohonan  JR  ke  MK,  karena  kurangnya  partisipasi  masyarakat  dalam  proses
              penyusunan  analisis  mengenai  dampak  lingkungan  (AMDAL).  Serta  mendiskriminasikan
              kesempatan  pendidikan,  karena  menjadikan  sebagai  komoditas  dengan  menerapkan
              komeesialisasi pendidikan.


              Sebelumnya, mahasiswa asal Jawa Timur juga turut mengajukan permohonan JR ke MK. Mereka
              adalah mahasiswa Universitas Brawijaya Malang, Elin Dian Sulistyowati, mahasiswa Universitas
              Negeri Malang, Alin Septiana, mahasiswa STKIP Modern Ngawi, Ali Sujito dan seorang pelajar
              SMK N 1 Ngawi Novita Widyana serta mantan buruh PKWT Hakiimi Irawan.

              Para pemohon mengajukan permohonan pengujian formil UU Cipta Kerja. Mereka memberikan
              kuasa kepada Viktor Santoso Tandiasa.


              Alasa mengajukan pengujian formal ke MK, karena menyesalkan tidak jelasnya draf UU Cipta
              Kerja. Perubahan draf dengan jumlah halaman 905 menjadi 1.034 dinilai bukan terkait teknis
              penulisan,  namun  perubahan  tersebut  terkait  dengan  substansi  materi  muatan.  Hal  ini
              melanggar ketentuan norma Pasal 72 ayat 2 UU P3 beserta penjelasannya.

              Selain  itu,  pemohon  menilai  pengiriman  draf  yang  dikirim  dari  DPR  ke  Presiden  sudah
              kedaluwarsa.  Sesuai  peraturan,  maksimal  pengiriman  draf  adalah  tujuh  hari  sejak  Rapat
              Paripurna  pengesahan.  Namun,  kata  pemohon,  pengiriman  draf  itu  sudah  lewat  tujuh  hari
              sebagaimana disyaratkan UU.

              Oleh  karena  itu,  para  pemohon  meminta  MK  mengambil  keputusan  tegas  demi  menjaga
              tegaknya konstitusi. Sebab, proses pengujian ini menjadi sangat penting mengingat saat ini
              sedang gencar-gencarnya hastag #MosiTidakPercaya yang disematkan kepada Presiden dan
              DPR.

              Dua  gugatan  sebelumnya  juga  telah  diajukan  oleh  Dewan  Pimpinan  Pusat  Federasi  Serikat
              Pekerja Singaperbangsa dan perseorangan yang merupakan karyawan kontrak, Dewa Putu Reza
              dan  Ayu  Putri.  Permohonan  JR  itu  didaftarkan  pada  Senin  (12/10).  Kemudian,  pemohon
              perseorangan Dewa Putu Reza dan Ayu Putri.

              Mereka mempersoalkan mempersoalkan Pasal 81 angka 15 UU Cipta Kerja yang mengubah
              Pasal  59  UU  Ketenagakerjaan  dan  menghilangkan  pengaturan  jangka  waktu,  batas
              perpanjangan dan pembaruan perjanjian kerja.
                                                          246
   242   243   244   245   246   247   248   249   250   251   252