Page 108 - e-KLIPING KETENAGAKERJAAN 8 SEPTEMBER 2020
P. 108

"Pesangon misalnya seharusnya Rp 1 juta tapi perusahaan hanya punya Rp 500 ribu, selama
              karyawan sepakat untuk dibayar seperti itu, ya tidak masalah."  "Tapi selama tidak sepakat, itu
              bisa diajukan ke Peradilan Hubungan Industrial (PHI), bisa mengajukan gugatan di peradilan,"
              kata Badrus.

              Sementara itu, terkait kasus pesangon yang tak cair atau pesangon dicicil, Badrus menyebutkan,
              hal ini juga dapat digugat apabila tidak menemui kesepakatan antara pihak perusahaan dan
              pekerja yang di-PHK.

              Namun, gugatan dapat dilakukan apabila perusahaan memang masih memiliki aset.

              "Misalnya, perusahaannya itu bukan kontrak, itu tempat sendiri, nah kalau itu sebagai jaminan,
              kalau perusahaan nggak bisa bayar, ini harus dilelang. Kalau sudah dilelang, laku, kemudian
              bayarannya harus diberikan pada karyawan," jelas Badrus.

              "Jadi  kita  melakukan  gugatan  itu  jelas,  nanti  ada  harapannya.  Harapannya,  pesangonnya
              dibayar, kalau nggak dibayar, nanti dilelang tanahnya. Itu menurut saya yang karyawan harus
              tahu," sambungnya.

              Badrus  pun  menyampaikan,  di  masa  pandemi  seperti  saat  ini,  sebaiknya  permasalahan
              diselesaikan secara kekeluargaan.

              Namun, apabila terpaksa tidak menemukan titik temu dan perusahaan masih memiliki aset maka
              gugatan dapat dilakukan.
              "Dalam  pandemi  ini,  masalah  kalau  bisa  diselesaikan  secara  kekeluargaan,  selesaikan
              kekeluargaan dulu. Biasanya ada mediasi dulu. Kalau bisa mediasi, mediasi dulu," ujarnya.

              "Tapi  kalau  terpaksanya  tidak  bisa,  perusahaan  masih  punya  aset,  itu  masih  bisa  dilakukan
              gugatan di peradilan," tambah Badrus.

              Sepanjang Maret-Juli 2020, Kemnaker Catat 2,14 Juta Pekerja Terdampak Pandemi Covid-19
              Seperti  yang  diberitakan    Kontan.co.id    ,  pandemi  Covid-19  menimbulkan  efek  perlambatan
              ekonomi lantaran kegiatan bisnis tidak bisa berjalan normal.

              Akibatnya, banyak orang juga mengalami kehilangan pekerjaan.

              Hingga 31 Juli 2021, Kementerian Ketenagakerjaan (Kemnaker) mencatat ada 2,14 juta tenaga
              kerja formal dan informal yang terdampak akibat Covid-19.

              "Pukulan  pada  sektor  perekonomian  ini  pada  akhirnya  juga  berdampak  pada  sektor
              ketenagakerjaan."  "Ada banyak pekerja yang terdampak akibat melambatnya perekonomian.
              Data yang dihimpun Kemenaker sejak awal Maret sampai akhir Juli 2020 tidak kurang dari 2,1
              juta pekerja dilaporkan terdampak," kata Menteri Ketenagakerjaan Ida Fauziyah, seperti yang
              diberitakan  Kontan.co.id  , Rabu (5/8/2020).

              Bila dirinci, pekerja di sektor formal yang mengalami pemutusan hubungan kerja (PHK) ada
              sebanyak 383.645 orang dan ada 1,13 juta pekerja formal yang dirumahkan.


              Sementara itu, pekerja informal yang kehilangan pekerjaan atau bangkrut ada sebanyak 630.905
              orang.

              Data  ini  didapatkan  dari  Dinas  Tenaga  Kerja  (Disnaker)  di  seluruh  Indonesia,
              kementerian/lembaga terkait, serikat pekerja dan asosiasi pengusaha.





                                                           107
   103   104   105   106   107   108   109   110   111   112   113