Page 249 - e-KLIPING KETENAGAKERJAAN 26 AGUSTUS 2020
P. 249

Dalam omnibus law juga, waktu kerja eksploitatif. Karena hanya diatur waktu kerja maksimal 8
              jam sehari dan 40 jam seminggu. Jadi pengusaha bisa saja buruh dipekerjakan 7 hari dalam
              seminggu, hari senin sampai hari minggu tanpa libur, dengan cara 6 jam kerja sehari senin
              sampai  sabtu  dan  hari  minggu  4  jam  kerja  sehari.  Jam  kerja  seperti  layaknya  perbudakan
              modern.

              Dalam omnibus law, TKA buruh kasar mudah masuk. Karena TKA yang bekerja di Indonesia
              tidak lagi memerlukan surat izin tertulis dari menteri.

              Dalam  UU  No  13/2003,  RPTKA  mensyaratkan  harus  dilaporkan  bahwa  tka  wajib  didampingi
              tenaga  kerja  lokal  sebagai  pendamping  agar  keluar  surat  izin  tertulis  menteri.  Tapi  dalam
              omnibus law, TKA bekerja dulu baru dilaporkan menyusul tenaga lokal pendamping tanpa harus
              ada surat izin menteri, jadi mudah sekali buruh kasar TKA bekerja di Indonesia.

              " di Liputan6 Pagi SCTV setiap Senin pukul 05.30 WIB, mulai 10 Agustus 2020  Menurut Said
              Iqbal, KSPI dan KSPSI AGN serta 32 federasi serikat pekerja lainnya seperti FSP LEM, RTMM,
              TSK, FSPI, PPMI 98, FSPMI, SPB, FSP KEP, ASPEK Indonesia, dan yang lain mengapresiasi kerja
              dari pimpinan DPR. Khususnya Wakil Ketua Sufmi Dasco, dan pimpinan serta anggota Panja
              Baleg RUU Cipta Kerja DPR RI, yaitu Supratman, Willy Aditya, Sturman, Arteria Dahlan, Heri
              Gunawan, Lamhot, Guspardi, Obon Tabroni, dan lain lain yang telah menampung aspirasi KSPI
              dan serikat buruh lainnya yang menolak omnibus law klaster ketenagakerjaan draft pemerintah.

              DPR  RI  dan  Serikat  Pekerja  sepakat  untuk  membahas  aspirasi  buruh  tersebut  dengan
              membentuk tim bersama atau tim perumus.

              "Aksi 25 Agustus ini, selain menyampaikan tuntutan, juga memberikan dukungan kepada DPR
              RI yang telah bekerja sungguh sungguh memenuhi harapan buruh agar bisa didengar," tegas
              Said Iqbal.

              Adapun harapan buruh yang disampaikan dalam tim perumus bersama tersebut adalah, agar
              klaster  ketenagakerjaan  dikeluarkan  dari  RUU  Cipta  Kerja.  Atau  setidaknya,  UU  No  13/2003
              tentang ketenagakerjaan tidak dirubah atau direvisi sedikitpun. Jadi UU No 13/2003 tetap berlaku
              seperti  sekarang,  termasuk  didalamnya  semua  putusan  MK  yg  sudsh  final  terhadap  UU  No
              13/2003 tsb tidak boleh dirubah .

              "Kalaulah ingin memasukkan perihal ketenagakerjaan kedalam omnibus law , maka sebaiknya
              memasukan  tentang  perihal  pengawasan  ketenagakerjaan  agar  lebih  kuat,  meningkatkan
              produktivitas melalui program pendidikan dan pelatihan, atau segala sesuatu yang belum diatur
              dalam  UU  No  13/2003,  seperti  pekerja  industri  start  up,  UMKM,  dan  transportasi  online,"
              tambahnya.

              Sekali  lagi  Said  Iqbal  menegaskan,  aksi  ini  adalah  juga  untuk  mendukung  sekaligus
              mengapresiasi DPR RI yang sudah mengambil langkah membentuk tim perumus bersama 32
              kofederasi dan federasi Serikat Pekerja.

              "Tentu KSPI setuju investasi harus lebih banyak masuk ke Indonesia, hambatan yang ada harus
              ditiadakan  dan  dipermudah.  Tetapi  secara  bersamaan,  perlindungan  bagi  buruh  yang  paling
              minimal dalam UU No 13/2003 tidak boleh dikurangi atau diubah. Untuk itu, sebaiknya klaster
              ketenagakerjaan dikeluarkan saja dari RUU Cipta Kerja."  "Kami berharap, pemerintah dan DPR
              bisa menerima sikap KSPI bersama KSPSI AGN, dan 32 Konfederasi serta federasi lainnya, yaitu
              mengeluarkan klaster ketenagakerjaan dan RUU Cipta Kerja, atau setidaknya UU no 13/2003
              tidak dilakukan perubahan atau dikurangi sama sekali."  "Aksi ini akan terus berlanjut jika aspirasi
              buruh tidak dikabulkan pemerintah dan DPR RI," pungkasnya.





                                                           248
   244   245   246   247   248   249   250   251   252   253   254