Page 130 - e-KLIPING KETENAGAKERJAAN 13 OKTOBER 2020
P. 130

Menteri Ketenagakerjaan Ida Fauziyah juga menepis pemerintah dan DPR tak transparan dalam
              proses penyusunan UU ini. Meski begitu, Ida tak bisa memastikan naskah paling yang beredar
              di masyarakat



              NASKAH FINAL OMNIBUS LAW MASIH MISTERIUS

              Sepekan setelah disahkan DPR, naskah final Undang-Undang (UU) Cipta Kerja masih misterius.
              Kini, beredar sejumlah naskah UU yang tenar disebut sebagai omnibus law atau UU sapu jagat,
              dan berpotensi memicu spekulasi dan pro-kontra.

              KONTAN, misalnya, menerima empat versi naskah final omnibus law. Versi 1.028 halaman, versi
              905 halaman, 1.035 halaman, dan terbaru versi 812 halaman. Tiga versi terakhir omnibus law
              masih mirip, sementara versi 1.028 halaman boleh dibilang memiliki perbedaan signifikan dan
              disinyalir merupakan draf awal UU Cipta Kerja.

              Selain beberapa versi tadi, masih ada satu versi yang beredar, yakni omnibus law 1.052 halaman.
              Dus, versi manakah yang benar dan merupakan naskah resmi omnibus law yang disahkan DPR?

              Sekretaris Jenderal DPR RI Indra Iskandar menjelaskan, naskah final yang beredar setebal 1.035
              halaman  merupakan  yang  dibahas  terakhir  dan  akan  dikirim  kepada  Presiden  Joko  Widodo.
              "Belum dikirim ke Presiden, karena tujuh hari setelah disahkan baru akan dikirim ke Presiden.
              Itu maksudnya tujuh hari kerja, jadi Rabu (14/10) dikirim," ujar Indra, Senin (12/10).
              Indra tak menampik saat paripurna 5 Oktober, naskah final UU Cipta Kerja setebal 905 halaman
              yang beredar di. Tapi, dia menepis, ada perubahan substansi signifikan antara naskah final saat
              paripurna dengan naskah yang akan dikirim ke Presiden. "Yang dirapikan itu spasi, huruf dan
              typo (salah ketik)," ujar dia (lihat grafis).
              Menteri Ketenagakerjaan Ida Fauziyah juga menepis pemerintah dan DPR tak transparan dalam
              proses penyusunan UU ini. Meski begitu, Ida tak bisa memastikan naskah paling yang beredar
              di masyarakat. "Saya pernah di Baleg DPR, DPR biasanya tidak langsung menyerahkan (RUU
              yang di sahkan paripurna DPR). Ke pemerintah karena butuh waktu melakukan rujukan pasal,"
              katanya.

              Tapi  Ida  memastikan,  khusus  klaster  ketenagakerjaan,  dalam  pasal  pesangon  tak  ada  frasa
              paling banyak di perubahan pasal 156. "Yang benar tak ada kata paling banyak, karena itu ruang
              bagi perusahaan untuk memberi pesangon lebih banyak," kata Ida.

              Wakil Ketua bidang Ketenagakerjaan Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) Bob Azam mengaku
              pengusaha belum mengetahui beda dua beleid UU Cipta Kerja yang beredar.

              Pelaku usaha berpegangan draf RUU yang dibawa ke rapat paripurna DPR. "Kami tunggu sampai
              diundangkan saja. Aturan turunannya juga harus segera dibuat," ujar dia.

              Pakar  Hukum  Tata  Negara  Bivitri  Susanti  menilai,  banyaknya  versi  draf  UU  Cipta  Kerja  usai
              disahkan merupakan akibat dari proses legislasi yang dipaksakan. Salah satu bukti pemaksaan
              adalah  agenda  sidang  paripurna  DPR  yang  semula  8  Oktober  mendadak  msyu  menjadi  5
              Oktober. Pembahasan pun dikebut dan diselesaikan dua hari sebelumnya yakni Sabtu (3/10).

              Kesulitan masyarakat mengakses draf UU Cipta Kerja juga terjadi. Semua fraksi DPR saat proses
              pembahasan tak ada yang menyampaikan poin-poin pembahasan maupun kesepakatan dari tiap
              pembahasan Daftar Inventarisasi Masalah (DIM).





                                                           129
   125   126   127   128   129   130   131   132   133   134   135