Page 213 - KIRIMAN CATATAN PRAKTIK BUDDHADHARMA DARI LAUTAN SELATAN
P. 213

Bab XII — Aturan untuk Pakaian Biksuni dan Berkabung


            melakukan  satu  pelanggaran  di  antara  sekian  banyak  aturan,  dia
            harus memperbaikinya segera. Ketika berada di tempat umum atau
            di  hadapan  seorang  biksu,  atau  bila  diundang  bersantap  ke  rumah
            umat awam, kashaya harus selalu melingkari lehernya dan menutupi
            tubuhnya;  tali  ikat  bahu  dari  kashaya  tidak  boleh  dilepas.  Selama
            bersantap, dia tak boleh membiarkan dadanya terlihat, kedua tangan
            seharusnya keluar dari bawah (kashaya). Mengenakan sankakshika,
                                                                            98
            membiarkan  bahu  terbuka  atau  mengenakan  baju  maupun  celana
            panjang dilarang oleh Mahamuni, dan ini seharusnya tidak dikenakan
            oleh para biksuni.

                 Di  semua  daerah  di  Lautan  Selatan,  para  biksuni  mengenakan
            pakaian khusus yang meskipun tidak sesuai dengan yang ada di India,
            tetapi juga disebut sankakshika. Panjang dan lebarnya masing-masing
            dua hasta. Kedua ujungnya dijahit menyatu kecuali sepanjang satu
            kaki di tengah; sudut-sudutnya (dilipat ke dalam) satu inci dan dijahit.
            Saat mengenakannya, itu  diangkat  lalu dimasukkan  melalui kepala
            dan bahu, di mana bahu kanan sepenuhnya di luar. Tanpa pengikat
            pinggang. Pakaian ini menutupi sisi samping, payudara, pusar, dan
            lutut. Bila seorang biksuni ingin mengenakannya, itu dapat dilakukan
            tanpa menyebabkan pelanggaran.


                 Pakaian  ini  hanya  mempunyai  dua  tali  ikat,  cukup  untuk
            menutupi  bagian  tubuh  tertentu.  Jika  seorang  biksuni  tidak  ingin
            mengenakan  ini,  dia  harus  mengenakan  sankakshika  biasa,  seperti
            yang dikenakan oleh seorang biksu. Sewaktu berada di wihara atau di
            ruangannya sendiri, kusulaka dan sankakshika sudah memadai.


                 (Catatan oleh Yi Jing): Setelah memeriksa teks-teks dari India,
            saya  belum  pernah  menjumpai  istilah  ‘kain  penutup  bahu’  untuk
            kata sankakshika, yang kadang-kadang disingkat menjadi jiaoqi dalam

            98    Hal  ini  tampaknya  bertentangan  dengan  apa  yang  dikatakan  beliau
            sebelumnya,  karena  di  permulaan  bab  ini,  Yi  Jing  menyebut  sankakshika
            adalah  salah  satu  pakaian  biksuni.  Mungkin  yang  beliau  maksud  di  sini
            adalah sankakshika versi Tiongkok, yang berbeda dengan versi India.


                                            199
   208   209   210   211   212   213   214   215   216   217   218