Page 209 - KIRIMAN CATATAN PRAKTIK BUDDHADHARMA DARI LAUTAN SELATAN
P. 209
Bab XI — Tata Cara Mengenakan Pakaian
Kedua ujung jubah bawah ditarik ke depan dengan kedua tangan,
ikat di tengah lalu dibelitkan tiga kali.
Kemudian buat tiga lilitan ke belakang, tarik lebih tinggi sekitar
tiga jari, lalu masukkan ke dalam kira-kira tiga jari. Dengan demikian,
jubah bawah tak akan lepas bahkan tanpa tali. Lalu ambillah pengikat
pinggang kira-kira lima hasta panjangnya, biarkan cantelan tepat di
bawah pusar, dan lilitkan ujung atas jubah bawah.
Kedua ujung pengikat pinggang harus ditarik ke belakang, saling
bersilangan lalu ditarik lagi ke sisi kanan dan kiri, ditahan dengan
kedua lengan, selagi mengikat kedua ujungnya (di depan) tiga kali.
Jika pengikat pinggang terlalu panjang, itu harus dipotong; jika
terlalu pendek, harus diperpanjang. Kedua ujung pengikat pinggang
seharusnya tidak dijahit atau didekor.
Cara mengenakan jubah bawah sebagaimana dijelaskan di atas
membedakan tradisi Sarvastivadanikaya dari tradisi lainnya, dan itu
disebut ‘parimandala-nivasa’ (-yati). Dalam bahasa Tionghoa disebut
95
‘melilit jubah bawah ke kanan.’ Lebar pengikat pinggang kira-kira
satu jari. Tali sepatu, ikatan kaus kaki, dan sebagainya bisa berbentuk
bulat atau persegi. Benda-benda seperti jubah dari serat rami tidak
diperkenankan untuk dipakai dalam Vinaya.
Saat duduk di kursi kecil atau di atas potongan kayu, bagian atas
jubah bawah (nivasana) harus dipegang pada titik di bawah penutup
dari jubah atas (uttarasanga) dan tarik jubah bawah sehingga ada di
bawah paha (dalam posisi duduk). Kedua lutut harus tertutupi, tetapi
tulang kering boleh terlihat.
Ketika berkunjung ke rumah seorang perumah tangga, seluruh
jubah bawah harus menutupi pusar hingga empat jari di atas mata
95 Patimokkha (The Sacred Books of the East, Jilid XIII): ‘Saya akan melilitkan
jubah bawah di sekeliling tubuh saya,’ yakni: Sekhiya Dhamma I: ‘parimandalam
nivasessamiti sikkha karaniya,’ dalam Journal of the Royal Asiatic Society (1876).
195