Page 207 - KIRIMAN CATATAN PRAKTIK BUDDHADHARMA DARI LAUTAN SELATAN
P. 207
Bab XI — Tata Cara Mengenakan Pakaian
terbentuk kebiasaan di mana kashaya menggantung di lengan – suatu
kebiasaan yang bertentangan dengan aturan yang ada.
Setelah itu, ketika Guru Tripitaka dari Tiongkok datang (ke
94
India), beliau menganjurkan kashaya seharusnya menggantung di
bahu (kiri), tetapi ada beberapa guru sepuh yang tidak setuju dengan
aturan ini. Kekeliruan umum karena mempertahankan kebiasaan-
kebiasaan lama terjadi di mana-mana.
Mengenai ketiga jubah (tricivara) – menggunakan tali ikat yang
pendek bukan yang panjang (yang sampai sekarang masih digunakan)
– tidak bertentangan dengan aturan. Melilitkan potongan kain
utuh di sekeliling tubuh bagian bawah ketimbang memakai celana
panjang biasa – membuat kita tidak perlu jahit-menjahit. Kendi air,
mangkuk patta, dan semuanya harus digantung di bahu. Semuanya
harus digantung setinggi sisi tubuh, dan benda yang di depan tidak
boleh bersilangan dengan benda di belakang. Tali yang digunakan
untuk menggantung benda-benda tersebut tidak terlalu panjang
tetapi sekadar cukup untuk digantungkan di bahu. Jika benda-benda
tersebut digantungkan di bagian dada, bernapas menjadi sulit, dan
itu tidak sesuai aturan.
Saya akan membicarakan tentang kantong kendi kemudian.
Orang-orang Suli di utara sering membiarkan benda-benda yang
digantung di bahu bersilangan satu sama lain. Tampaknya aturan di
daerah tersebut telah dimodifikasi, tetapi itu bukanlah aturan yang
ditetapkan oleh Buddha.
Jika ada kain yang berlebih, letakkanlah di bahu, di atas jubah
(yang kalian kenakan) dan di atas kendi (yang kalian bawa).
Ketika berkunjung ke wihara atau rumah umat awam, kalian
harus pergi ke aula, meletakkan payung dan kemudian melepaskan
benda-benda, lalu menggantungkannya. Pada dinding aula biasanya
94 Yang dimaksud adalah Xuan Zang.
193