Page 202 - KIRIMAN CATATAN PRAKTIK BUDDHADHARMA DARI LAUTAN SELATAN
P. 202
Kiriman Catatan Praktik Buddhadharma dari Lautan Selatan
(Buddha). Seseorang mungkin gagal (menjalankan aturan-aturan
Buddha) untuk diri sendiri, tetapi dia seharusnya tidak menyesatkan
orang lain dengan mengajarkan atau memberikan contoh yang tidak
baik.
Kalian mungkin menggantikan praktik-praktik lama dengan
yang baru; sementara kalian semua duduk berdampingan (di wihara)
di Gunung Shaoshi (di Tiongkok), menganggap kalian seluhur
85
(mereka) yang ada Puncak Gridhrakuta (di India), dan seolah-
olah kalian sedang berkumpul bersama di kota Rajagriha, sambil
berbincang-bincang dengan mereka yang ada di istana kekaisaran di
Tiongkok.
Aliran Sungai Huanghe di Tiongkok menyatu dengan Danau
Mucilinda (di Buddhagaya). Dedalu yang ramping (xiliu) menyatu
86
dengan kemegahan pohon Bodhi, dan akan senantiasa berkembang
dalam kecemerlangan hingga hamparan pohon murbei berubah
menjadi (lautan), atau hingga batu kalpa telah sepenuhnya aus
tergosok. Sujud kepada (Buddha)! Mari kita berupaya (menjalankan
87
ajaran-Nya)! Buddha telah wafat, meninggalkan ajaran beliau untuk
generasi-generasi berikutnya. Jika kita menjalankan ajaran beliau, itu
seperti kita hidup di masa Guru Agung, sedangkan jika tindakan kita
berlawanan dengan ajaran beliau, banyak kekeliruan akan muncul
dalam diri kita. Oleh karena itu, dikatakan dalam suatu sutra: ‘Jika
85 Ini adalah gunung yang terletak di selatan Gunung Song di Henan. Wihara
yang terkenal di Shaoshi disebut Shaolin.
86 Ini adalah nama suatu pulau dalam Shan Hai Jing, tetapi di sini Yi Jing
menggunakan kata ini seolah-olah itu adalah nama pohon.
87 ‘Hamparan pohon murbei berubah menjadi lautan’ merupakan kiasan
dalam bahasa Tionghoa untuk waktu yang sangat lama. Satu kalpa adalah
periode yang sangat lama, diumpamakan seperti waktu yang dibutuhkan
untuk menggosok suatu batu besar dengan kain sampai batunya menjadi
aus.
188