Page 199 - KIRIMAN CATATAN PRAKTIK BUDDHADHARMA DARI LAUTAN SELATAN
P. 199
Bab X — Makanan dan Pakaian yang Dibutuhkan
dan suku Turki, ajaran Buddha belum berkembang, tetapi daerah-
daerah lainnya telah menganut ajaran Buddha. Di wilayah-wilayah
di mana baju dan celana panjang dikenakan, orang-orang tidak
memperhatikan kebersihan diri. Oleh karena itu, orang-orang di
lima wilayah India merasa bangga dengan kemurnian dan keagungan
mereka. Tetapi mengenai kehalusan budi bahasa dan tingkah laku,
keanggunan literatur, sopan-santun, sikap yang tidak ekstrim, tata
cara menyambut kedatangan dan tata cara perpisahan, kelezatan
makanan, dan kemurahan hati serta kebajikan, hanya ditemukan di
Tiongkok dan tiada negara lain yang dapat menandinginya. Bedanya
di Tiongkok dengan di India adalah: (1) tidak menjaga kemurnian
makanan (lihat Bab IV); (2) tidak membersihkan diri sehabis dari
kamar kecil (lihat Bab XVIII); (3) tidak menggunakan kayu pembersih
gigi (lihat Bab VIII). Ada juga sejumlah orang yang tidak merasa
keliru mengenakan pakaian yang tidak sesuai dengan aturan. Mereka
mengutip suatu bagian dari ajaran yang singkat (Samkshipta-vinaya)
yang berbunyi demikian: ‘Jika sesuatu dianggap tidak murni di
daerah tertentu, tetapi dianggap murni di daerah lainnya, itu dapat
dijalankan tanpa melanggar.’ Sesungguhnya bagian ini disalahartikan
oleh beberapa penerjemah di mana arti sebenarnya tidak seperti itu,
sebagaimana telah saya jelaskan secara lengkap di bagian lain.
82
Mengenai barang-barang yang seyogianya digunakan oleh
seorang biksu di Tiongkok, tidak ada hal lain kecuali ketiga jubah
yang sesuai dengan aturan yang dipaparkan oleh Buddha. Jika kita
melakukan pelanggaran karena mengenakan pakaian yang tidak
sesuai dengan aturan, kita harus memperbaikinya.
Di daerah yang iklimnya hangat seperti India, seorang biksu
diperkenankan hanya mengenakan sepotong kain linen sepanjang
ajaran Buddha belum berkembang. Namun sebagaimana kita ketahui
sejumlah orang Parasa (pemukim Persia) telah menganut Buddhadharma di
masa Xuan Zang (lihat tulisan Xuan Zang di bawah judul Persia); Tibet juga
sudah menganut ajaran Buddha di masa Xuan Zang.
82 Mulasarvastivada-ekasatakarman, Bab X.
185