Page 194 - KIRIMAN CATATAN PRAKTIK BUDDHADHARMA DARI LAUTAN SELATAN
P. 194

Kiriman Catatan Praktik Buddhadharma dari Lautan Selatan


            melakukan  hal  itu,  saya  tak  dapat  menghentikan  sumbernya.
            Walaupun kita tidak dilarang untuk (berbicara dengan wanita) oleh
            Buddha,  mungkin  lebih  baik  (menjaga  diri  dari  mereka),  jika  itu
            bermaksud mencegah timbulnya keinginan negatif.’


                 Untuk  biksu-biksu  yang  sangat  berpengetahuan,  juga  mereka
            yang telah mempelajari salah satu Pitaka secara menyeluruh, Sangha
            memberikan  mereka  ruangan  terbaik  (di  wihara)  dan  pelayan.
            Ketika  mereka  memberikan  ceramah  harian,  mereka  dibebaskan
            dari  tugas  wihara.  Ketika  bepergian,  mereka  boleh  menggunakan
            tandu,  tetapi  tidak  menunggang  kuda.  Biksu  asing  yang  datang  ke
            wihara,  diperlakukan  oleh  Sangha  dengan  memberikan  makanan
            terbaik  selama  lima  hari,  di  mana  hari-hari  tersebut  dia  gunakan
            untuk  beristirahat  dari  rasa  lelah.  Akan  tetapi  setelah  lima  hari,
            dia diperlakukan sama seperti biksu lainnya. Bila perilakunya baik,
            Sangha  akan  memintanya  untuk  tinggal  bersama  dan  memberikan
            perlengkapan tidur yang sesuai dengan senioritas mereka. Tetapi bila
            tidak terpelajar, dia dianggap biksu biasa. Sebaliknya, bila dia sangat
            terpelajar, dia akan diperlakukan seperti di atas. Kemudian namanya
            akan dicatat dalam daftar biksu-biksu yang menetap. Lalu dia akan
            dianggap  sama  seperti  biksu-biksu  lama  yang  tinggal  di  sana.  Jika
            seorang umat awam datang ke wihara dengan maksud baik, niatnya
            akan  ditanyakan  secara  seksama,  dan  bila  dia  beriktikad  menjadi
            biksu,  pertama-tama  rambutnya  akan  dicukur.  Sejak  itu,  namanya
            tak lagi tertera dalam daftar negara karena namanya akan terdaftar
            dalam Sangha. Bila di kemudian hari dia melanggar aturan dan gagal
            dalam menjalankan praktik spiritualnya, dia akan dikeluarkan dari
            wihara  tanpa  dibunyikan  genta  (gong).  Dengan  saling  mengakui
            pelanggaran, kekeliruan dapat dicegah agar tidak berkembang lebih
            lanjut.


                 Ketika  menyaksikan  hal-hal  ini,  dengan  terharu  saya  berkata
            pada diri sendiri: ‘Saat berada di kampung halaman (Tiongkok), saya
            pikir  saya  sudah  menguasai  Vinaya;  tak  pernah  terbayang  bahwa
            suatu hari, dengan datang kemari, saya menyadari bahwa saya benar-



                                            180
   189   190   191   192   193   194   195   196   197   198   199