Page 197 - KIRIMAN CATATAN PRAKTIK BUDDHADHARMA DARI LAUTAN SELATAN
P. 197
Bab X — Makanan dan Pakaian yang Dibutuhkan
sama dengan Mahasanghikanikaya, kecuali Sthaviranikaya dan
Sammitinikaya membiarkan ujung jubah di sebelah luar, sementara
tradisi Mahasanghikanikaya menyematkannya ke arah dalam
sebagaimana dijelaskan di atas. Cara membuat pengikat pinggang
(kayabandhana) juga berbeda. 79
Cara biksuni mengenakan jubah bawah adalah sama dengan para
biksu dari tradisi tersebut. Di Tiongkok – sankakshika, penutup bahu,
80
nivasana (jubah bawah), pakaian dari pinggang ke bawah, celana
panjang, jubah, dan baju – semuanya berbeda dengan aturan aslinya.
Di Tiongkok, jubah biksu tidak saja berlengan (dua), jubah pada
bagian punggung pun dijahit menyatu, bahkan cara mengenakannya
pun tidak sesuai dengan aturan Vinaya. Seluruh cara berpakaian di
Tiongkok adalah melanggar aturan yang ada.
Jika kita ke India dengan mengenakan pakaian Tiongkok,
mereka semua akan menertawakan kita. Kita akan merasa malu dan
akan merobek jubah kita untuk digunakan dalam berbagai keperluan
karena semuanya tidak sesuai aturan. Jika saya tidak menjelaskan
hal ini, tidak akan ada yang tahu kenyataannya. Meskipun saya
ingin berterus terang namun saya khawatir yang mendengarnya
akan merasa gusar. Oleh karena itu, saya menahan diri untuk
mengekspresikan pandangan jujur saya, tetapi saya tetap memikirkan
hal-hal ini.
Saya harap para bijaksana dapat memberikan perhatian serius
dan mengetahui aturan yang tepat dalam berpakaian. Lebih lanjut,
para perumah tangga di India, para pejabat dan orang-orang yang
berstatus tinggi – memiliki sepasang pakaian berwarna putih,
sementara orang-orang yang kurang mampu dan statusnya lebih
79 Suatu teks menyebut 不 殊 (bu shu) untuk kata 不 同 (bu tong); The New
Japanese Edition of the Chinese Buddhist Books in the Bodleian Library, Japanese 65.
Kata 不 同 (bu tong) lebih dapat dipahami.
80 Catatan penerjemah: Menurut Vinaya untuk biksuni, sankakshika adalah
kain penutup dada.
183