Page 201 - KIRIMAN CATATAN PRAKTIK BUDDHADHARMA DARI LAUTAN SELATAN
P. 201
Bab X — Makanan dan Pakaian yang Dibutuhkan
dia melakukan pelanggaran. Dia diperkenankan menutupi bagian
perutnya dengan ‘libo’ untuk melindungi diri dari cuaca yang sangat
dingin, atau mengenakan mantel tebal agar tidak kedinginan.
Di hadapan patung Buddha atau orang-orang suci terhormat,
biasanya bahu kanan dibiarkan terbuka, dan jika ditutupi itu
melanggar aturan. Ber-pabbajja (meninggalkan rumah) berarti bebas
dari rintangan-rintangan.
Jika seorang biksu tinggal di dalam ruangan saat musim dingin,
dia bisa menyalakan api unggun, dan tak perlu mengenakan banyak
pakaian. Jika dia membutuhkan pakaian tebal karena sakit, itu dapat
dilakukan untuk sementara, asal tidak bertentangan dengan aturan.
Musim dingin di Tiongkok sangat ekstrim, dinginnya seringkali
menusuk tulang sehingga tanpa pakaian hangat, nyawa mungkin
terancam. Ini adalah kesulitan besar dalam kehidupan spiritual, tetapi
orang-orang di wilayah tersebut juga berhak atas pembebasan.
Mengenakan pakaian tak berlengan dan bahu kanan terbuka,
itu membedakan kita dari orang awam, jadi kenakanlah itu di musim
dingin ketimbang ‘libo.’ Meskipun tidak persis sesuai dengan aturan
yang ada, hal tersebut diperkenankan untuk waktu tertentu karena
bertujuan untuk melindungi tubuh. Seperti halnya roda membutuhkan
minyak (demikian pula kita membutuhkan kehangatan). Kita harus
tahu diri (bila hidup tidak sesuai aturan). Jika kita dapat melewati
musim dingin tanpa mengenakan (pakaian yang tidak sesuai aturan),
itu lebih baik. Pakaian-pakaian seperti jubah panjang, celana panjang,
pakaian dari pinggang ke bawah, dan kemeja, seharusnya tidak
dikenakan. (Meskipun dipakai untuk waktu tertentu), seharusnya itu
tidak dikenakan ketika musim dingin telah berakhir.
Sejumlah orang malah mengenakan baju setengah jadi, di mana
hal ini tak pernah diperkenankan oleh Buddha. Meninggalkan hiruk-
pikuk (dunia) dan menjajaki jalan spiritual yang penting, seharusnya
kita menaruh perhatian dan menyelaraskan diri dengan maksud luhur
187