Page 205 - KIRIMAN CATATAN PRAKTIK BUDDHADHARMA DARI LAUTAN SELATAN
P. 205
BAB XI
TATA CARA MENGENAKAN PAKAIAN
SEKARANG saya akan menjelaskan tata cara mengenakan jubah dan
penggunaan tali ikat, menurut Vinaya. Ambillah sepotong kain yang
panjangnya lima hasta dan lipatlah menjadi tiga bagian. Pada lipatan
di bahu, sekitar empat atau lima lebar jari dari kerah, pasanglah
potongan bujur sangkar yang masing-masing sisinya berukuran lima
jari di mana keempat sisi dijahit pada jubah. Buat lubang kecil di
tengah-tengah potongan bujur sangkar, dan pasang tali ikat melalui
lubang tersebut. Tali ikat bisa terbuat dari bahan sutra atau katun,
ukurannya seperti tali ikat untuk baju. Panjang tali ikat mestinya dua
lebar jari, kedua ujungnya harus diikat kencang dan sisanya harus
dipotong. Pasangkan satu tali ikat melalui lubang, tarik keluar hingga
menyilang tali ikat lainnya sehingga ada dua tali ikat. Cantelan dalam
ada pada lipatan jubah di depan dada. Cantelan di tangan adalah
seperti cantelan di baju. Demikianlah aturannya.
Dengan demikian, saya telah menjelaskan kepada kalian aturan
yang tepat tentang pakaian, tetapi hanya poin-poin penting saja. Jika
kalian ingin mengetahuinya secara seksama, tunggulah hingga kita
bertemu. Jubah bawah juga diikat dengan tali ikat. Seorang biksu
dapat mengangkat jubah bawah bila perlu; hal ini diperkenankan
oleh Buddha. Pada kedua sisi jubah bawah, tali ikat dan cantelan
harus dipasang, yang digunakan untuk mengangkat jubah bawah
dan mengikatnya di depan – saat bersantap (selagi duduk di kursi
yang kecil dan rendah). Ini adalah aturan yang penting. Ketika
seorang biksu berada di wihara atau di hadapan anggota Sangha,
dia tak perlu memakai tali ikat dan harus membiarkan sebelah bahu
terbuka. Tapi ketika keluar wihara atau ketika mengunjungi rumah
umat awam, dia harus menggunakannya. Di kesempatan lain, dia
191