Page 259 - KIRIMAN CATATAN PRAKTIK BUDDHADHARMA DARI LAUTAN SELATAN
P. 259

BAB XXI
                              MENGENAI ALAS DUDUK









            DI lima wilayah India tidak ada kebiasaan menggunakan alas duduk
            selama melakukan puja. Dalam aturan-aturan dari keempat Nikaya,
            juga tidak ada kebiasaan berdiri dan bernamaskara pada orang lain
            sebanyak tiga kali. Aturan umum memberi penghormatan dijelaskan
            di bab-bab lain (Bab XXV dan Bab XXX). Dalam membuat alas untuk
            duduk atau berbaring (nishidana), sepotong kain dipotong (menjadi
            dua); satu potongan diletakkan di atas potongan lainnya lalu dijahit
            menjadi  satu.  Tempelan  (atau  susuran)  dijahit  pada  alas  tersebut.
            Saya  tidak  mempunyai  banyak  waktu  di  sini  untuk  menjelaskan
            secara rinci ukurannya.  Alas ini digunakan untuk melindungi kasur
                                   162
            milik  orang  lain,  saat  kita  tidur  di  atasnya.  Kapan  pun  seseorang
            menggunakan sesuatu milik orang lain, baik baru maupun lama, dia
            harus  menggelar  (kain  miliknya  sendiri)  di  atasnya.  Jika  itu  milik
            sendiri  dan  sudah  usang,  dia  tidak  perlu  menggelar  (alas  lain)  di
            atasnya. Seseorang hendaknya tidak merusak pemberian dari orang-



            162  Kasyapa menggambarkan sketsa mengenai alas duduk dan mengatakan:
            ‘Panjangnya adalah dua jengkal Buddha dan lebarnya 1-½ jengkal Buddha.
            Karena jari-jari Buddha dua kali lebih panjang dari jari-jari kita, maka itu
            mungkin sekitar 4 kaki 5 inci, dan lebarnya 3 kaki 3-¾ inci. Sepertiga dari alas
            disusur di bagian bawah. Biksu Udayi sangat tinggi badannya sehingga ukuran
            alas yang ditentukan terlalu pendek baginya dan kakinya melampaui tepian.
            Oleh karena itu, beliau menggunakan beberapa dedaunan untuk mengalasi
            kakinya. Buddha melihat hal ini lalu memperpanjang ukuran alas. Dengan
            demikian  sisi  panjang  haruslah  selalu  disusuri,  yang  merepresentasikan
            dedaunan.’ Pastinya ini adalah kebiasaan penting di antara para biksu, karena
            merupakan salah satu dari 10 dalil yang dinyatakan oleh biksu-biksu dari
            Vajji di Vaisali, yakni ‘Alas tidak harus sebatas ukuran yang ditentukan jika
            tidak memiliki susuran.’ Lihat Cullavagga XII. Bandingkan dengan Patimokkha,
            Pacittiya 89.


                                            245
   254   255   256   257   258   259   260   261   262   263   264