Page 412 - KIRIMAN CATATAN PRAKTIK BUDDHADHARMA DARI LAUTAN SELATAN
P. 412

Kiriman Catatan Praktik Buddhadharma dari Lautan Selatan


                 teks  tersebut,  kenyataannya,  mereka  hanya  dapat  menangkap
                 sebagian  maknanya.  Mereka  hanya  menyombongkan  diri  dan
                 mencoba-coba. Beberapa orang mengajukan petisi (ke Pengadilan
                 Kerajaan)  mengadukan  hal  ini.  Tuntutan  mereka  terpenuhi.
                 Kaisar  (Dezong)  yang  cerdas,  bijaksana,  dan  berkemampuan,
                 yang menghormati kitab-kitab ajaran Sakya (Buddha), menelaah
                 apa yang mereka terjemahkan dan menemukan bahwa prinsip-
                 prinsip di dalamnya tidak jelas dan susunan katanya kasar.’


            [Kalimat-kalimat yang dimulai dari sini tampaknya merupakan dekrit
            kerajaan] ‘Lebih lanjut, kebiasaan Sangharama Sakya dan kebiasaan
            yang  ada  di  Daqin  (Suriah)  sangat  berbeda  serta  praktik  religius
            mereka sepenuhnya bertolak-belakang. Jing Jing (Adam) menurunkan
            ajaran Messiah (彌 尸 訶; Mishihe), sementara Sakyaputriya-sramana
            (para  sramana  pengikut  putra  Sakya)  mengajarkan  sutra-sutra
            Buddha.  Hendaknya  ada  batas  yang  jelas  untuk  masing-masing
            ajaran sehingga tidak campuraduk. Yang tepat dan yang tidak tepat
            hendaknya dipisahkan, seperti halnya Sungai Jing dan Wei mengalir
            terpisah.’  Mengenai  Adam  dan  monumennya  yang  terkenal,  lihat
            Christianity in China in the Seventh and Eight Centuries oleh Prof. Legge
            (Clarendon Press).


            Halaman  325-326,  catatan  kaki  304.  Awalnya  saya  bermaksud
            menyajikan aksara Devanagari dari Kasyapa untuk semua istilah ini
            beserta penjelasan maknanya, tetapi untuk saat ini saya urungkan,
            dengan harapan mendapat manuskrip yang lebih baik seiring dengan
            berjalannya  waktu.  Mengenai  gaya  penulisan  Devanagari,  Prof.
            Bühler menganggap itu adalah terjemahan buruk dari suatu naskah
            Siddha-matrika kuno, sedikit mirip dengan daun lontar Horiuzi [(lihat
            Anecdota Oxoniensia, Aryan Series, Jilid I, tetapi sekitar 100-150 tahun
            kemudian  (700-750  Masehi);  daun  lontar  yang  asli  berpenanggalan
            609 Masehi)] dan mengatakan bahwa penyalin tidak memahami apa
            yang ditulisnya.






                                            398
   407   408   409   410   411   412   413   414   415   416   417