Page 411 - KIRIMAN CATATAN PRAKTIK BUDDHADHARMA DARI LAUTAN SELATAN
P. 411
Lampiran Catatan Tambahan
Halaman 313-314, catatan kaki 274. Visvamtara-sudana. Mengenai
nama ini, Prof. H. Kern menulis kepada saya sebagai respons atas
pertanyaan saya: ‘Saya belum menemukan sumber yang mengatakan
bahwa Sudana adalah nama atau marga dari Visvamtara, baik sumber
yang berbahasa Sanskerta maupun Pali. Meskipun sebagai sebutan,
suatu kata gabungan bahuvrihi bisa diartikan, tetapi saya tidak tahu
mengenai kata ini. Tertanda: H. Kern.’
Halaman 320-321, catatan kaki 289. Karena pernyataan bahwa seorang
misionaris Nestorian menerjemahkan sutra Buddhis akan membuat
para pembaca terkejut, saya rasa ada baiknya saya memberikan
penjelasan lengkap tentang fakta yang ada dalam sebuah buku
Buddhis. Memang menarik ditemukannya istilah Messiah dalam
suatu karya Buddhis, meskipun istilah ini muncul secara tak sengaja.
Buku yang dimaksud adalah ‘The New Catalogue of the Buddhist Books
Compiled in the Cheng Yuan Period’ (785-804 Masehi), dalam edisi baru
bahasa Jepang dari buku-buku Buddhis Tionghoa [(Bodleian Library,
Japanese 65, 結 六 (jie liu); buku ini tidak ada dalam Katalog Nanjio)].
Jilid XVII memuat cerita sebagai berikut: ‘Prajna, seorang
sramana dari Kapisa di India Utara, datang ke Tiongkok melalui
India Tengah, Simhala (Sri Lanka), dan Lautan Selatan (Sumatra,
Jawa, dan sebagainya), karena beliau mendengar Manjusri ada di
Tiongkok. Beliau tiba di Canton (Guangdong). Pada tahun ketiga
periode Jianzhong (782 Masehi) beliau datang ke Provinsi Utara.
Pada tahun kedua periode Zhengyuan (786 Masehi), beliau
bertemu kenalannya, yang datang ke Tiongkok sebelum beliau.’
‘Bersama Jing Jing, seorang pendeta dari Persia, yang sebelumnya
tinggal di wihara di Daqin (Suriah), mereka menerjemahkan
Sutra Shatparamita dari suatu teks berbahasa Mongolia. Mereka
menyelesaikan tujuh jilid. Tetapi waktu itu Prajna tidak
memahami bahasa Mongolia dan tidak mengerti bahasa Tang
(Tionghoa). Sementara Jing Jing (Adam) tidak tahu bahasa
Brahma (Sanskerta) dan tidak menguasai ajaran Sakya (Buddha).
Meskipun mereka memberanikan diri untuk menerjemahkan
397