Page 92 - E-BOOK SEJARAH DAN BUDAYA INDONESIA
P. 92
Ungkapan tradisional tersebut tidak jauh dengan amanat Bung Karno dalam pidato HUT
Proklamasi 1996: “Janganlah melihat ke masa depan dengan mata buta! Masa yang lampau adalah
berguna sekali untuk menjadi kaca bengala daripada masa yang akan datang.”
Hubungan antara sesama manusia
Hubungan antara manusia dengan sesama manusia dalam masyarakat Sunda pada dasarnya
harus dilandasi oleh sikap “silih asah, silih asuh, dan silih asih”, artinya harus saling mengasah
atau mengajari, saling mengasuh atau membimbing dan saling mengasihi sehingga tercipta
suasana kehidupan masyarakat yang diwarnai keakraban, kerukunan, kedamaian, ketentraman,
dan kekeluargaan, seperti tampak pada ungkapan-ungkapan berikut ini:
Kawas gula eujeung peueut yang artinya hidup harus rukun saling menyayangi, tidak pernah
berselisih.
Ulah marebutkeun balung tanpa eusi yang artinya jangan memperebutkan perkara yang tidak
ada gunanya.
Ulah ngaliarkeun taleus ateul yang artinya jangan menyebarkan perkara yang dapat
menimbulkan keburukan atau keresahan.
Ulah nyolok panon buncelik yang artinya jangan berbuat sesuatu di hadapan orang lain dengan
maksud mempermalukan.
Buruk-buruk papan jati yang artinya berapapun besar kesalahan saudara atau sahabat, mereka
tetap saudara kita, orang tua tentu dapat mengampuninya.
Hubungan antara manusia dengan negara dan bangsanya
Hubungan antara manusia dengan negara dan bangsanya, menurut pandangan hidup orang
Sunda, hendaknya didasari oleh sikap yang menjunjung tinggi hukum, membela negara, dan
menyuarakan hati nurani rakyat. Pada dasarnya, tujuan hukum yang berupa hasrat untuk
mengembalikan rasa keadilan, yang bersifat menjaga keadaan, dan menjaga solidaritas sosial
dalam masyarakat. Masalah ini dalam masyarakat Sunda terpancar dalam ungkapan-ungkapan:
Kudu nyanghulu ka hukum, nunjang ka nagara, mupakat ka balarea (harus menjunjung tinggi
hukum, berpijak kepada ketentuan negara, dan bermupakat kepada kehendak rakyat.
Bengkung ngariung bongkok ngaronyok (bersama-sama dalam suka dan duka).
Nyuhunkeun bobot pangayon timbang taraju (memohon pertimbangan dan kebijaksanaan
yang seadil-adilnya, memohon ampun)
Kepercayaan
Mayoritas orang Sunda beragama Islam (sekitar 99,85%). Ada juga sebagian kecil orang
Sunda yang beragama Kristen (sekitar 0,08%) seperti di wilayah Cigugur Kabupaten Kuningan.
Masyarakat Sunda yang menganut agama Kristen juga tersebar di beberapa wilayah selain di
Cigugur, Kuningan yakni di: Cianjur & Bandung. Bukti adanya Kekristenan di tanah Sunda dan
92