Page 97 - Flipbook Dyah Iswarini
P. 97

96                                                                                                                97







            Affandi dan Sudjojono. Pada akhir   6.   Fernando Amorsolo y Cueto    images that he was known for, the   sekutu dan menjadi bagian dari
            dekade 1940-an, ia mendokumentasi   (Manila, Filipina, 1892–Quezon City,   rural landscape of the Philippines with   Brigade 17 Tentara Pelajar Indonesia.
            sejarah revolusi dan perjuangan   Filipina 1972)       bright colors. He was awarded the   Ia kemudian bergabung dengan
            menuju kemerdekaan melalui   Amorsolo menempuh pendidikan   First National Artist of the Republic of   organisasi Seniman Masyarakat
            lukisan-lukisannya. Saat Yogyakarta   formalnya di School of Fine Arts,   the Philippines from the government   di Yogyakarta pada 1946 bersama
            diambil alih Belanda pada 1949, ia   University of the Philippines. Saat   in 1972.  Hendra Gunawan, Rusli, dan Affandi.
            memimpin muridnya untuk melukis   mendapatkan kesempatan mengajar                 Kelompok tersebut kemudian
            kejadian-kejadian dalam perjuangan   di Academia de San Fernando,   7.  Gustavo Montoya    berganti nama menjadi Seniman
            kemerdekaan. Dullah dikenal   Madrid, ia mempelajari karya-karya      (Mexico City 1905–2003)   Indonesia Muda (SIM). Ia pernah
            sebagai pelukis potret. Ia merupakan   Diego Velasquez dan Joaquin Sorolla.       Gustavo Montoya merupakan   berpameran tunggal di Balai Budaya
            pelukis Istana sejak 1950-an yang   Setelah kepulangannya dari Madrid,   seniman yang erat terkait dengan   pada 1956. Ia mendirikan Sanggar
            menyusun buku lukisan-lukisan   kekhasannya memadukan cahaya   Mexican School of Painting. Ia   Seniman Selabinangun pada 1958.
            koleksi Istana Presiden Sukarno   rural khas Filipina dan gaya lukisan   pernah memperoleh beasiswa   Tahun 1965, Harijadi berangkat
            yang diterbitkan pertama kali pada   barat menarik minat pembeli lukisan   dari pemerintah Meksiko untuk   ke Meksiko untuk mempelajari
            1956. Dullah merupakan salah satu   dari kalangan tentara dan pebisnis   mempelajari seni avant-garde di   permuseuman dan lukisan mural
            pendiri Himpunan Budaya Surakarta.   Amerika Serikat. Pecahnya Perang   Swiss, Italia, dan Inggris. Setelah   serta menjadi anggota kelompok
            Ia juga sempat memimpin kelompok   Dunia II dan okupasi Jepang di Filipina   berpameran di New York, Montoya   Organisacion International de
            seniman Sanggar Pejeng di Bali. Ia   membawa pengaruh kepada lukisan   kembali ke Meksiko pada 1942.   Muralistos del Mundo di Amerika
            berpameran di Indonesia dan di luar   Amorsolo. Ia mulai menyertakan   Ia kemudian mengeksplorasi   Selatan. Ia juga banyak menghasilkan
            negeri, termasuk pameran tunggal   tragedi dan gambaran penderitaan   pendekatan neo-realisme dan teknik   karya di ruang publik seperti relief
            di Melbourne, Australia pada 1977.   manusia akibat peperangan dalam   lukis mural yang saat itu sedang tren   batu di Samudra Beach Hotel, Jawa
            Pada 1988, ia membuka museum   lukisannya. Setelah perang, Amorsolo   di Meksiko. Ia merupakan salah satu   Barat; relief Untung Rugi di Lereng
            pribadinya di Solo yang masih   secara konsisten menggarap   pendiri Salon de la Plastica Mexicana   Merapi; relief di Ambarukmo Palace
            berdiri hingga hari ini.    kekhasannya menggambarkan lanskap   (Aula Seni Rupa Meksiko) dan Liga de   Hotel; dan relief beton Bandung
            (Solo, 1919–Yogyakarta, 1996)   rural Filipina dengan pencahayaan   Escritores y Artistas Revolucionarios   Bondowoso di Bandara Adisucipto.
            Dullah began painting with Affandi   cerah. Ia dianugerahi gelar First   yang merupakan kelompok seniman   Karya muralnya yang paling dikenal
            and Sudjojono. At the end of the   National Artist of the Republic of the   dan penulis revolusioner.       adalah lukisan suasana kota Jakarta
            1940s, he documented the history   Philippines dari pemerintah Filipina   (Mexico City 1905–2003)   yang belum sempat diselesaikan yang
            of the Indonesian revolution in   pada 1972.            Gustavo Montoya was associated   sekarang berada di ruang Museum
            his paintings. When Yogyakarta   (Manila, Phillipines, 1892–Quezon City,   with the Mexican School of Painting.   Sejarah Jakarta.
            was seized by the Dutch in 1949,   Phillipines, 1972)   He received a scholarship from       (Kutoardjo, 1919–Yogyakarta, 1997)
            he and his students painted   Amorsolo finished his formal   the Mexican government to study       Harijadi Sumadidjaja began to study
            important events during the   education at the School of Fine Arts,   avant-garde art in Switzerland, Italy,   painting and sculpture on his own
            struggle to maintain the Indonesian   University of the Philippines. He   and England. After his exhibition   since he was 17 years old. During
            independence. Dullah is known as   studied the works of Diego Velasquez   in New York, Montoya returned to   the World War II, he served as a
            a portrait painter. He served as a   and Joaquin Sorolla when he was   Mexico in 1942. He experimented   meteorologist for the allied forces.
            palace painter since the 1950s and   teaching at the Academia de San   with neo-realism and mural painting   He also joined the Brigade 17 of the
            he edited the book of paintings in   Fernando in Madrid. Works that he   technique, which dominated Mexican   Indonesian Student Army. In 1946,
            the Presidential Palace collection   produced after he returned to the   artworld at the time. He was one of   he joined Hendra Gunawan, Rusli,
            that was published for the first   Philippines combine the lightings   the founders of Salon de la Plastica   and Affandi in Seniman Masyarakat,
            time in 1956. He was one of the   of rural Philippines with the style of   Mexicana (The Hall of Mexican   which changed its name into Seniman
            founding members of Himpunan   Western painting that attracted the   Fine Art) and Liga de Escritores y   Indonesian Muda (SIM – Indonesian
            Budaya Surakarta (Surakarta   interests of buyers from the armies   Artistas Revolucionarios, a group of   Young Artists). He held a solo
            Cultural Association). He served   and businessmen from the United   revolutionary writers and artists.   exhibition at Balai Budaya in 1956.
            as the chairman of Sanggar Pejeng   States. The beginning of World War            Two years later, he established an
            artists’ studio in Bali. He exhibited   II and the Japanese occupation in the   8.   Harijadi Sumadidjaja   artists studio, Sanggar Seniman
            both in Indonesia and abroad,   Philippines influenced Amorsolo’s      (Kutoardjo, 1919–Yogyakarta, 1997)   Selabinangun. Sumadidjaja went to
            including a solo exhibition in   artistic decision to incorporate       Harijadi Sumadidjaja mulai belajar   Mexico in 1965 to do museum studies
            Melbourne, Australia, in 1977. He   themes of tragedies and human   melukis dan mematung secara   and learn mural paintings. During
            opened his own private museum in   sufferings in his paintings from the   otodidak sejak usia 17 tahun. Pada   this period, he became a member
            Solo in 1988.              period. After the war, Amorsolo   masa Perang Dunia II, ia menjadi   of the Organisacion International
                                       continued to consistently paint   seorang meteorolog untuk pasukan   de Muralistos del Mundo in South
   92   93   94   95   96   97   98   99   100   101   102