Page 101 - Flipbook Dyah Iswarini
P. 101
100 101
(Terbaya, Semarang, 1807–Bogor, Jenderal St. Martin di Lezama He exhibited both in Indonesia and chose to quit to become an artist.
1880) Park. Karyanya menjadi bagian dari abroad before he passed away in He retained his Javanese heritage
Raden Saleh Syarif Bustaman was koleksi di berbagai negara, antara Surabaya in 1990. even though he lived in diaspora.
born into an elite family. He studied lain Amerika Serikat, Italia, Spanyol, He shared his knowledge to his
under a Belgian painter, A.A.J. Payen. Yugoslavia, dan Indonesia. 25. Sekar Gunung [Ki Heru Wiryono] students through his Sanggar Sekar
In 1829, Saleh went to Europe to (Buenos Aires, Argentina, 1903 - 1971) (Gunung Kidul, 1934–Medan, 2014) Gunung. Reins Asmara was one of his
study more under Cornelis Kruseman Capurro finished his study at the Ki Heru Wiryono lahir di Gunung students. Until his death in 2014, he
and Andreas Schelfhout. He learned National School of Fine Arts and Kidul, 1934. Selain dengan panggilan was active as an artist and received
how to paint portraits from Kruseman graduated with a title National "Pak Wir," ia juga dikenal dengan several commissioned works to make
and landscapes from Schelfhout. Professor of Drawing in 1921. nama Sekar Gunung. Konon, nama monuments in Medan.
After living in Europe for 20 years, He began to submit his works to itu sebenarnya adalah judul salah
he returned to Indonesia in 1851 Municipal and Provincial Hall in satu karyanya, namun lama- 26. Shiavax Chavda
and married into an elite family Argentina as well as other countries, kelamaan orang mengaitkannya (Navsari, Gujarat 1914–1990)
associated with the Sultanate of such as Brazil, Bolivia, and Italy. dengan panggilan yang berarti Lukisan Chavda identik dengan
Yogyakarta. He continued to paint He won several competitions: 3 "bunga gunung" tersebut. Sejak gerak. Lukisannya cukup banyak
rd
and produced portrait paintings of position, National Prize (1926); 2 usia 18 tahun, Sekar Gunung menggambarkan manusia yang
nd
members of Javanese aristocracy as position Municipal Prize (1929 and berguru pada Ki Hajar Dewantara menari dalam berbagai komunitas,
well as landscapes. Three days after 1933). He won the 1 position of the di Taman Siswa selama tiga tahun. gaya, dan negara. Ia terinspirasi
st
his death in 1880, his masterpieces National Prize competition in 1940 Semangat yang ditularkan sang perjalanannya di India dan Asia
were exhibited in a special pavilion with his work Song of the Sea that guru mendorongnya supaya hijrah Tenggara, khususnya Indonesia.
dedicated to his paintings at the was well received in the 1940s. He ke Medan untuk menjadi guru seni. Chavda merupakan sedikit seniman
colonial exhibition in Amsterdam. was nicknamed “sculptor from the Setelah beberapa tahun mengajar yang dapat belajar kesenian
sea” by the artworld in Argentina. di sejumlah sekolah negeri, ia ke berbagai negara sebelum
23. Roberto Juan Capurro He held a solo exhibition in 1943 at memutuskan untuk total menjadi kemerdekaan negaranya. Ia
(Buenos Aires, Argentina, 1903–1971) Modern Gallery of Buenos Aires. seniman. Walaupun menetap di menempuh pendidikan di Slade
Capurro menempuh pendidikan He also taught as a professor at the perantauan, Sekar Gunung terkenal School of Fine Art (London), St.
di National School of Fine Arts School of Fine Arts, University of amat mempertahankan budaya Martin School of Art (London),
dan lulus dengan gelar National La Plata. He made several public Jawa, bahkan membagikan ilmunya dan Académie de la Grande
Professor of Drawing pada 1921. sculptures: a figure sculpture at the melalui Sanggar Sekar Gunung Chaumière (Paris). Karyanya pernah
Ia mulai menyertakan karyanya Legislative Building in Buenos Aires, asuhannya. Salah satu muridnya dipamerkan di berbagai galeri dan
di tahun 1920-an di Municipal Paracelsus Healing Medicine at the adalah perupa Reins Asmara. Sampai museum, di antaranya Kunsthaus
dan Provincial Hall di Argentina Faculty of Medicine, and General St. akhir hayatnya pada 2014, ia masih Graz dan Universalmuseum
dan di negara lain seperti Brazil, Martin monument at Lezama Park. berkarya dan dipercaya untuk Joanneum di Austria.
Bolivia, dan Italia. Kompetisi yang His works are collected worldwide, membuat beberapa tugu serta (Navsari, Gujarat 1914–1990)
dimenangkannya antara lain: Juara including in the United States, Italy, monumen lainnya yang tersebar di Chavda’s paintings are about
Tiga National Prize (1926), dan Juara Spain, Yugoslavia, and Indonesia. beberapa tempat di Kota Medan. movement. They depict human
Dua Municipal Prize (1929 dan 1933). (Gunung Kidul, 1934– Medan, 2014) dancing in different communities,
Tahun 1940, Ia meraih Juara Satu 24. Rustamadji Ki Heru Wiryono was born in Gunung styles, and countries. He was
National Prize melalui karyanya Song (Surabaya, 1932–1990) Kidul, Yogyakarta, in 1934. He was inspired by his journeys in India and
of the Sea yang mendapat kajian Saat berusia 14 tahun, ia belajar known both by the names “Pak Wir” Southeast Asia, especially Indonesia.
kritik yang baik di tahun 1940an. Ia melukis di bawah S. Sudjojono di and Sekar Gunung. Sekar Gunung, Chavda was one of a few artists
dijuluki “pematung laut” oleh dunia Seniman Indonesia Muda (SIM) di which means “the flower of a who had the opportunity to study
kesenian di generasinya. Tahun Madiun. Semasa hidupnya, ia sempat mountain,” was the title of one of art in various countries before his
1943, ia berpameran tunggal di berpameran di dalam maupun luar his works, but people gradually used nation gained its independence.
Modern Gallery of Buenos Aires negeri, sebelum meninggal di kota the name to refer to the artist. He He studied at Slade School of Fine
dan kemudian mengajar di School kelahirannya pada 1990. studied under Ki Hajar Dewantara Art (London), St. Martin School of
of Fine Arts, University of La Plata. (Surabaya, 1932–1990) for three years since he was 18 years Art (London), and the Académie de
Beberapa patung publik yang pernah Rustamadji was born in Surabaya, East old at Taman Siswa. He decided to la Grande Chaumière (Paris). His
dibuatnya antara lain: patung figur Java, in 1932. He began painting at move to Medan to teach art in order works were exhibited in galleries
di Gedung Legislatif Buenos Aires, Seniman Indonesia Muda (SIM – Young to continue the spirit of Ki Hajar and museums, including Kunsthaus
patung Paracelsus Healing Medicine di Indonesian Artists) in Madiun when he Dewantara. After teaching for a few Graz and Universalmuseum
Fakultas Kedokteran, dan Monumen was 14 years old under S. Sudjojono. years at several state schools, he Joanneum in Austria.