Page 102 - Flipbook Dyah Iswarini
P. 102

102                                                                                                                                                                                                                                   103







         27. Shinsui Itō 伊東 深水         and Indonesia during the Pacific War   refused the request of Adam Malik,   30. Trubus Soedarsono
             (Tokyo, Jepang 1898–1972)  to support Japanese government’s   a president’s aide, to buy one of his      (Yogyakarta 1924–1966)
            Shinsui Itō yang bernama asli   propaganda. His artistic talent   paintings. During the revolution,       Trubus mulai belajar melukis
            Hajime Itō, memulai karier seninya   was recognized as an “intangible   he designed the image for Oeang   dengan menjadi pembantu pelukis
            di departemen gambar sebuah   cultural property” by the Japanese   Repoeblik Indonesia (Indonesian   Sudarso. Ia kemudian belajar pada
            percetakan di Tokyo saat berusia   government in 1952. A few years   currency). He received an honor   S.Sudjojono dan Affandi pada 1942–
            12 tahun. Saat berguru dengan   after, he became a member of Japan   from the Ministry of Finance in 1985.   1945. Tahun 1947, Trubus keluar dari
            Kaburaki Kiyokata, seorang pelukis   Art Academy and received an award   After suffering from a stroke in 1980,   Seniman Indonesia Muda (SIM) dan
            Nihonga (seni lukis Jepang), ia   of the Order of the Rising Sun. After   he painted with his left hand until his   masuk ke sanggar Pelukis Rakyat. Ia
            diajak berkolaborasi oleh Watanabe   he died in 1972, two of his works were   death in 2000.   sempat dipenjara oleh Belanda pada
            Shozaburo, seorang penerbit yang   made into special editions of stamps           1948 akibat memproduksi poster anti
            mengorbitkannya dan membantu   in Japan in 1974 and 1983.  29.  Sudarso           Belanda. Setelah bebas, ia mengajar
            mengekspor karya-karyanya.                             (Purwokerto, 1914–Purwakarta, 2006)   di ASRI Yogyakarta (1950–1960). Ia
            Kolaborasi tersebut menjadikannya   28.  Soerono Hendronoto   Sudarso bin Roeswandi bekerja   sempat berkunjung ke Cekoslowakia
            dikenal sebagai pelukis bijin-ga      (Cilacap, 1914–2000)  sebagai pengantar susu sebelum   dalam misi kebudayaan. Beberapa
            (“lukisan wanita cantik”) yang juga       Raden Mas Soerono Hendronoto   bertemu dan belajar melukis dari   karyanya dikoleksi oleh presiden
            melukis lanskap. Kemudian hari Itō   lahir di dalam keluarga berdarah   Affandi. Tahun 1935, ia ikut melukis   Sukarno. Ia merupakan anggota
            menjadi sosok penting dalam gerakan   seni. Saudara-saudara kandungnya,   bersama Affandi, Hendra Gunawan,   Dewan Perwakilan Rakyat Daerah
            shin-hanga yang merevitalisasi   Sapto Hoedoyo, Doekoet   Wahdi, Barli Sasmitawinata, dan Koos   D.I. Yogyakarta dari fraksi PKI.
            kesenian tradisional ukiyo-e.   Hendronoto, Sumitro, dan Hendroso   (pelukis Belanda) di Gg. Wangsareja,   Tahun 1966, Trubus menghilang
            Semasa Perang Pasifik, ia sempat   adalah seniman, sedangkan kakaknya   Bandung. Konon pada pameran reuni   akibat pergolakan politik pasca-
            ditempatkan di kepulauan Pasifik dan   Winarno adalah seorang jurnalis.   di Taman Ismail Marzuki, pelukis Barli   peristiwa 1965.
            Indonesia untuk mendukung gerakan   Karya-karyanya pada masa revolusi   menjuluki lima pelukis Indonesia        (Yogyakarta, 1924–1966)
            propaganda seni dari pemerintah   banyak disimpan di Museum Joang   dalam grup itu sebagai Kelompok       Soedarsono began painting
            Jepang. Tahun 1952, bakat artistiknya   di Jakarta. Sebagai seorang pelukis   Lima Bandung. Pada 1951, Sudarso   by becoming an apprentice
            diakui oleh pemerintah Jepang   yang idealis, Soerono diketahui   mulai mengajar di ASRI Yogyakarta.   of Sudarso. From 1942-1945,
            sebagai “intangible cultural property.”   pernah menolak permintaan   Beliau sempat menggelar pameran   Soedarsono studied painting
            Beberapa tahun setelahnya, ia   ajudan Presiden, Adam Malik,   tunggal di kedutaan besar Argentina   under S. Sudjojono and Affandi.
            menjadi anggota dari Japan Art   untuk membeli lukisannya karena   (1960), pameran tunggal di Balai   Soedarsono decided to withdraw
            Academy dan mendapat penghargaan   tidak setuju dengan komersialisasi   Budaya (1969), dan beberapa pameran   from SIM and joined Pelukis Rakyat
            Order of the Rising Sun. Setelah ia   lukisan. Selain dikenal sebagai   di dalam dan luar negeri.   (People’s Painters) in 1947. He
            meninggal pada 1972, dua karyanya   seorang pelukis, ia juga dipercaya        (Purwokerto, 1914–Purwakarta, 2006)  was arrested by the Dutch for
            diabadikan menjadi perangko edisi   untuk mendesain gambar Oeang   Sudarso bin Roeswandi worked   producing anti-Dutch posters in
            istimewa pada 1974 dan 1983.  Repoeblik Indonesia yang digunakan   as a milk delivery man before   1948. After he was released, he
              (Tokyo, Japan 1898–1972)  pada masa revolusi. Ia mendapat   studying painting under Affandi.   taught at ASRI Yogyakarta (1950-
            Shinsui Itō was born with the name   penghargaan dari Kementerian   In 1935, he painted together with   1960). He visited Czechoslovakia
            Hajime Itō. He started his career   Keuangan pada 1985. Setelah   Affandi, Hendra Gunawan, Wahdi,   for a cultural mission. Some of his
            as an artist working in a drawing   mengalami stroke pada 1980, ia   Barli Sasmitawinata, and Koos   works were collected by President
            department of a printing company   mulai melukis menggunakan tangan   (a Dutch painter) in Bandung.   Sukarno. He was a member of
            in Tokyo when he was 12 years old.   kirinya sebelum wafat pada 2000.  Barli purportedly stated in their   Dewan Perwakilan Rakyat Daerah
            When he was studying under a      (Cilacap, 1914–2000)  reunion exhibition at Taman Ismail   (DPRD – Regional People’s
            Nihonga painter, Kaburaki Kiyokata,       Raden Mas Soerono Hendronoto   Marzuki that the group was known   Representative Council) from the
            he collaborated with Watanabe   was born in an artistic family. His   as Kelompok Lima Bandung (The   Indonesian Communist Party (PKI).
            Shozaburo, a publisher who later   siblings: Sapto Hoedoyo, Doekoet   Bandung Five). Sudarso worked   He disappeared in 1966 because
            promoted Itō’s works and distributed   Hendronoto, Sumitro, and Hendroso   as a lecturer at Akademi Seni Rupa   of the political situation after the
            them. Itō was then known as a bijin-ga   worked as artists, while his brother,   Indonesia (ASRI – Indonesian Art   1965 event.
            (beautiful woman) painter who also   Winarno, was a journalist. His works   Academy) in Yogyakarta in 1951.
            painted landscapes. He became an   that were produced during the   He held a solo exhibition at the   31.   Walter Spies
            important figure in the development   revolution are kept in Museum Joang   Argentinian Embassy (1960),   (Moskow, 1895–Kapal “Von Imhoff”,
            of shin-hanga, a movement aimed to   in Jakarta. Soerono was known as an   another solo at Balai Budaya,   Selat Makassar, 1942)
            revitalize the traditional art of ukiyo-e.   idealist painter who disagreed with   and several other exhibitions in       Spies merupakan seniman
            He was stationed in the Pacific Islands   commodification of paintings. He   Indonesia and abroad.  multitalenta: penari, fotografer,
   97   98   99   100   101   102   103   104   105   106   107