Page 8 - e-modul bab 13 PAI
P. 8
“Dan hendaklah kamu tetap di rumahmu dan janganlah kamu berhias dan
bertingkah laku seperti orang-orang Jahiliyah yang dahulu dan Dirikanlah shalat,
tunaikanlah zakat dan taatilah Allah dan Rasul-Nya.”
Al-Qurthubi menafsirkan ayat ini dengan mengatakan bahwa
agama Islam memerintahkan agar para perempuan tinggal di rumah
mereka, dan tidak keluar selain untuk urusan yang mendesak
(Shihab, 2005: 354).
Adapun tentang hadis-hadis masa kini, jumlahnya cukup
banyak, diantaranya disebutkan berikut ini.
ِ
» ة أ ا أ ا و م ح «
ْ
ُ
ْ
ْ ْ
ْ ُ
ُ
ْ
“Tidak akan beruntung suatu kaum yang menyerahkan urusan mereka kepada
kaum perempuan” (HR. al-Bukhari, Ahmad, dan al-Nasa’i).
ِِ
ِ
ِ
ِ
و .» ُ ِ ُ ىذ ْ غ أ د و ع ت ص ْ ِ ر أ «
ْ
ْ
ْ
ُ ْ
ِ
أو جر ُ ي أ ا ةد ف ِ ْ ن ا ُ ص « أ ل ِ او ِ ْ ا ن ص
ةد ش
ْ
ْ
ُ
ُْ
ُ
ْ
ُْ
ْ
ُ
ِ
ِ
ِ
» ص ُ أ و ن ر ط كا إ ِ ن ف ِ ا ن ص
ُ
ُْ
ُْ
ُ
ُ ْ
ُ
ُ
“Aku tidak menyaksikan orang yang kurang akal dan agamanya, dibanding
perempuan.” Lalu, seorang perempuan bertanya, “Apa kekurangan kami?”
“Kekurangan akalnya, karena kesaksian dua orang wanita dinilai sama seperti
kesaksian seorang pria. Kekurangan agamanya, karena seorang di antara kamu
tak puasa di bulan Ramadhan (akibat haid), dan beberapa hari diam tanpa
shalat.” (HR. Abu Dawud).
“Perempuan menghadap dalam bentuk setan, dan membelakangi dalam bentuk
setan. Jika salah seorang dari kamu melihat perempuan, maka hendaklah ia
kemudian berkumpul dengan keluarganya. Sesungguhnya yang demikian itu
dapat menolak gejolak jiwanya” (HR. Muslim).
Menyikapi masalah ini, diperlukan kajian yang komprehensif
dan tidak memihak agar dapat diperoleh pemahaman yang benar
terkait dengan hadis-hadis dan ayat-ayat al-Qur‟an tersebut, serta
tidak terjebak pada tekstualisme yang kaku, atau sebaliknya
liberalisme yang lepas kontrol. Terkait tafsir terhadap ayat-ayat al-
Qur‟an dibutuhkan telaah atas berbagai metode tafsir dan konteks
(sebab) turunnya ayat tersebut. Sedangkan berkenaan dengan hadis,
dibutuhkan kajian mengenai kualitas (sahih, dha’if, atau maudhu’)
dan konteks (sebab) munculnya hadis-hadis tersebut.
7