Page 37 - E-MODUL_PENDIDIKAN BAHASA INDONESIA DI KELAS RENDAH
P. 37

bisa menjadi kata yang bermakna. Misalnya:  m a m a. Tempel atau
                            tulis  huruf  m-a-m-a  di  papan  tulis.  Tunjukkan  kepada  siswa  bahwa
                            kata itu dibaca mama.
                                Kemudian tanyakan kepada siswa kata mama itu terdiri dari huruf
                            apa saja, dan arahkan agar siswa dapat menyimpulkan sendiri bahwa
                            apabila huruf m digabung dengan huruf a dibaca ma. Berikan contoh
                            yang lain, misalnya: papa, nana, tata, dan lain-lain.
                                Begitu seterusnya, guru mulai menggabung-gabungkan konsonan
                            dengan vokal, sehingga seluruh vokal (a, e, i, o, u) bisa digunakan.
                            Namun  untuk  konsonan  tidak  perlu  diberikan  semua.  Huruf  x  dan  z
                            lebih baik diberikan diakhir.
                                Setelah  siswa  bisa  membaca  gabungan  dua  huruf  konsonan-
                            vokal,  susunan  bisa  diganti  menjadi  vokal-konsonan.  Misalnya:  am,
                            an,  as,  dan  lain-lain.  Setelah  ini  baru  bias  dilanjutkan  dengan  tiga
                            huruf (konsonan-vokal-konsonan). Misalnya: man, dan, bas, dan lain-
                            lain.
                        b.  Metode Eja
                                Metode  eja  adalah  belajar  membaca  yang  dimulai  dari  mengeja
                            huruf demi huruf. Pendekatan yang dipakai dalam metode eja adalah
                            pendekatan  harfiah.  Siswa  mulai  diperkenalkan  dengan  lambang-
                            lambang huruf. Pembelajaran metode eja terdiri dari pengenalan huruf
                            atau  abjad  A  sampai  dengan  Z  dan  pengenalan  bunyi  huruf  atau
                            fonem.
                                Pembelajaran  membaca  permulaan  dengan  metode  ini  memulai
                            pengajarannya dengan memperkenalkan huruf-huruf secara alpabetis.
                            Huruf-huruf  tersebut  dihafalkan  dan  dilafalkan  anak  sesuai  dengan
                            bunyinya menurut abjad. Sebagai contoh A/a, B/b, C/c, Dd, E/e, F£,
                            dan  seterusnya,  dilafalkan  sebagai  [a),  [be}.  [ce],  [de],  Ief].,  dan
                            seterusnya.  Setelah  melalui  tahapan  ini,  para  siswa  diajak  untuk
                            berkenalan  dengan  suku  kata  dengan  cara  merangkaikan  beberapa
                            huruf yang sudah dikenalnya.
                            Misalnya
                                b, a, d, u menjadi b-a ba (dibaca atau dieja /be-a/ be-a [ba ])
                                d-u du (dibaca atau dicja /de-u/ de- u [du])
                                ba-du dilafalkan badu/
                                b, u, k, u menjadi b-u bu (dibaca atau dieja /be-u/ be-u[bu])
                                ku ku (dibaca atau dieja / ke-u/ ke-u [ku])
                                Proses  pembelajaran  selanjutnya  adalah  pengenalan  kalimat-
                            kalimat sederhana. Contoh-contoh rangkaian huruf menjadi suku kata,
                            suku  kata  menjadi  kata,  dan  kata  menjadi  kalimat  diupayakan
                            mengikuti  prinsip  pendekatan  spiral,  pendekatan  komunikatif,  dan
                            pengalaman  berbahasa.  Artinya,  pemilihan  bahan  ajar  untuk
                            pembelajaran  membaca  permulaan  hendaknya  dimulai  dari  hal-hal
                            yang konkret menuju hal-hal yang abstrak, dari hal-hal yang mudah,
                            akrab, familiar dengan kehidupan anak menuju hal-hal yang sulit dan
                            mungkin merupakan sesuatu yang baru bagi anak.
                                Anak yang baru mulai belajar membaca, mungkin akan mengalami
                            kesukaran  dalam  memahami  sistem  pelafalan  bunyi  /b/  dan  /a/




                                                                                                     32
   32   33   34   35   36   37   38   39   40   41   42