Page 38 - E-MODUL_PENDIDIKAN BAHASA INDONESIA DI KELAS RENDAH
P. 38
menjadi [ba], bukan [bea]. Bukankah huruf b/ dilafalkan [be] dan huruf
/al dilafalkan [a]. Mengapa kelompok huruf /bal dilafalkan [ba], bukan
[bea], seperti tampak pada pelafalan awalnya? Hal ini, tentu akan
membingungkan anak. Penanaman konsep hafalan abjad dengan
menirukan bunyi pelafalannya secara mandiri, terlepas dari
konteksnya, menyebabkan anak mengalami kebingungan manalkala
menghadapi bentukan bentukan baru, seperti bcntuk kata tadi. Di
samping hal tersebut, hal lain yang dipandang sebagai kelemahan dari
penggunaan metode ini adalah dalam pelafalan diftong dan fonem-
fonem seperti /ng/, /nyl, /kh/, /ail, /au/, /oi/, dan sebagainya. Sebagai
contoh, kita ambil fonem /ng/. Anak-anak mengenal huruf tersebut
sebagai [en] dan [ge]. Dengan demikian, mereka berkesimpulan
bahwa fonem itu jika dilafalkan akan menjadi [en-ge] atau [neg] atau
[nege]
Kelebihan metode eja
1) Siswa diharuskan untuk mengetahui setiap lambang huruf jadi
siswa lebih cepat dan hafal dari alphabet.
2) Siswa langsung mengetahui bunyi dari setiap bentuk huruf.
3) Siswa diharuskan untuk mengetahui setiap lambang huruf
kemudian menyusunnya menjadi kata maka membutuh kan waktu
yang lama.
4) Apabila tidak diulang terus menerus kebanyakan siswa akan
mudah lupa antara bentuk dan bunyi huruf tersebut.
c. Metode Bunyi
Metode ini sebenarnya merupakan bagian dari metode eja. Prinsip
dasar dan proses pembelajarannya tidak jauh berbeda dengan
Metodec eja/abjad di atas. Demikian juga dengan kelemahan-
kelemahannya. Perbedaannya terletak hanya pada cara atau sistem
pembacaan atau pelafalan abjad (huruf-hurufnya).
Sebagai contoh:
• Huruf b/ dilafalkan [eb].
• /d/ dilafalkan Tedl/e/ dilafalkan lesl
• /p/ dilafalkan [ep]
• Dilafalkan dengan e pepet seperti pelafalan /el dilafalkan [e] pada
kata benar, keras, pedas, lemah. Dengan demikian. kata "nani"
dieja menjadi: /en-a/ [na] /en-i/ [ni] dibaca [na-ni].
d. Metode Suku Kata
Proses pembelajaran membaca permulaan dengan metode ini
diawali dengan pengenalan suku kata, seperti /ba, bi, bu, be, bo/; /ca,
ci, cu, ce, co/; /da, di, du, de, do/; /ka, ki, ku, ke, ko/, dan seterusnya.
Suku-suku kata tersebut, kemudian dirangkaikan menjadi kata-kata
bermakna. Sebagai contoh, dari daftar suku kata tadi, guru dapat
membuat berbagai variasi paduan suku kata menjadi kata-kata
bermakna, untuk bahan ajar membaca permulaan. Kata-kata
dimaksud, misalnya:
bo - bi, eu - ci, da - da, ka - ki, bi - bu, ca - ci, di- da, ku - ku, bi-
bi, ci - ca,
da-du, ka - ku, ba- ca, ka- ca, du- ka, ku-da
33