Page 17 - E-MODUL KONSEP DASAR PPKN SD_Neat
P. 17
karena orang tersebut terkenal kejujurannya. Hal ini tentu saja dilandasi oleh
nilai etika.
Raths (dalam Fraenkel, 1978) mengidentifikasi tiga aspek kriteria untuk
melakukan penilaian, yakni perlu ada pilihan (chooses), penghargaan (prizes),
dan tindakan (acts).
Pertama, tindakan memilih hendaknya dilakukan secara bebas dan
memilih dari sejumlah alternatif dan melakukan memilih hendaknya dilandasi
oleh hasil pemikiran yang mendalam, artinya setelah memperhitungkan
berbagai akibat dari alternatif tersebut. Kedua, ada penghargaan atas apa yang
telah dipilih dan dikenal oleh masyarakat. Ketiga, melakukan tindakan sesuai
dengan pilihannya dan dimanfaatkan dalam kehidupan secara terus menerus.
Selain dengan kriteria di atas, ada sejumlah indikator untuk menentukan
nilai, yakni dilihat dari tujuan, maksud, sikap, kepentingan, perasaan,
keyakinan, aktivitas, dan keraguan. Namun, dalam konteks tertentu nilai dapat
diidentifikasi dari keadaan dan kegunaan atau kemanfaatan bagi kehidupan
umat manusia. Secara singkat dapat disimpulkan bahwa nilai merupakan hasil
pertimbangan baik atau tidak baik terhadap sesuatu yang kemudian
dipergunakan sebagai dasar alasan (motivasi) melakukan atau tidak melakukan
sesuatu.
Prof. Dr. Notonegoro (dalam Sapriya, 2012) membagi nilai menjadi tiga
bagian, yaitu :
1) Nilai Material, yaitu segala sesuatu yang berguna bagi unsur jasmani
manusia.
2) Nilai Vital, yaitu segala sesuatu yang berguna bagi manusia untuk
dapat melaksanakan kegiatan atau aktivitas.
3) Nilai Kerokhanian, yaitu segala sesuatu yang berguna bagi rohani
manusia.
Dapat disimpulkan nilai dari pendapat Prof Notonagoro bahwa sesuatu
dapat dikatakan bernilai apabila sesuatu itu memiliki kegunaan. Samakah, nilai
kegunaan untuk semua hal tersebut?
Apabila kita identifikasi, maka ada sejumlah yang disebut benar, indah,
baik, dan religius. Sesuatu yang dianggap benar disebut nilai kebenaran.
Sesuatu yang dianggap indah disebut nilai estetika. Sesuatu yang dianggap
baik disebut nilai moral/etika. Sesuatu yang dianggap berpahala dan berdosa
bila dilakukan disebut nilai religius.
Ahli lain, sepertti Rokeah (dalam Kosasih Djahiri, 1985:20) mengatakan
bahwa “Nilai adalah suatu kepercayaan/keyakinan (belief) yang bersumber
pada sistem nilai seseorang, mengenai apa yang patut atau tidak patut
dilakukan seseorang atau mengenai apa yang berharga dan apa yang tidak
berharga”. Secara intelektual, tapi juga cerdas secara spiritual, emosional, dan
sosial. Untuk pemahaman lebih lanjut terkait dengan nilai dalam materi PPKn
dapat disipak pada link berikut :
11