Page 18 - E-MODUL KETERAMPILAN BERBAHASA DAN APRESIASI SASTRA
P. 18
a. Faktor Kebahasaan sebagai Pendukung Keefektifan Berbicara
Faktor kebahasaan atau faktor linguistik yang menentukan dan
memengaruhi keefektifan berbicara seseorang meliputi, ketepatan
ucapan, penempatan tekanan, pilihan kata, dan ketepatan sasaran
pembicaraan. Factor-faktor tersebut dapat diuraikan sebagai berikut.
1) Ketepatan Ucapan
Pemakai bahasa Indonesia memiliki latar belakang penutur
bahasa Indonesia yang berbeda-beda. Setiap penutur sangat
dipengaruhi oleh bahasa ibunya, di samping lafal perorangan yang
bersifat individual. Dapat diakui bahwa pola ucapan dan artikulasi
yang digunakan oleh setiap orang tidak selalu sama. Misalnya,
pengucapan bunyi (e) pada kata beras diucapkan beras atau
diucapkan bêras oleh pemakai bahasa Indonesia di daerah tertentu.
Akhiran –an pada kata temba…...an, kata pemerêntah. Oleh karena
itu, muncullah lafal yang bervariasi sesuai dengan daerah asal
pemakai bahasa Indonesia.
Dalam situasi formal, pemakai bahasa dituntut mengucapkan
kata/istilah tertentu sesuai dengan lafal baku. Lafal baku yang
dimaksud adalah lafal yang memenuhi kaidah bahasa Indonesia.
Artinya, lafal/istilah tertentu diucapkan sesuai dengan lambang atau
symbol yang digunakan dalam bahasa tulis. Dengan demikian,
ketepatan ucapan mendekati sempurna. Pelafalanya tidak dibuat-
buat, sehingga tidak terdengar aneh atau kaku. Misalnya, kata energi
dilafalkan [gi] pada suku akhir bukan [ji]. Itu berarti bahwa pelafalan
tersebut mengikuti kaidah bahasa Indonesia.
Dalam situasi tidak formal, pemakai bahasa dapat
mengucapkan kata/istilah tertentu tanpa menggunakan lafal baku.
Dalam situasi ini, berbagai lafal yang dipengaruhi oleh lafal daerah
masing-masing digunakan dalam berbicara. Meskipun tanpa
menggunakan lafal baku, dapat terjadi komunikasi yang efektif antara
pembicara dan lawan bicara.
2) Penempatan Tekanan
Kesesuaian tekanan pada bagian tertentu merupakan daya
tarik tersendiri dalam berbicara. Bahkan, tekanan merupakan faktor
penentu dalam memaknai isi pembicaraan. Walaupun masalah yang
dibicarakan kurang menarik, dengan penempatan tekanan yang
sesuai, maka pembicaraan menjadi menarik. Sebaliknya, jika
penyampainnya menonton, dapat dipastikan pembicaraan itu akan
menimbulkan kejemuan dan berakibat pada berkurannya keekfektifan
berbicara. Demikian juga halnya dengan pemberian tekanan pada
kata atau suku kata. Tekanan suara biasanya jatuh pada suku kata
terakhir atau suku kedua dari belakang. Misalnya, kata pemburu,
bersama, menatap, permata diberi tekanan pada suku pem-, ber-, me-
, per- tentu terdengar janggal. Kejanggalan yang muncul dapat
mengalihkan perhatian pendengar, sehingga pesan yang
disampaikan kurang diperhatikan. Akibatnya, keefektifan berbicara
akan terganggu.
13