Page 20 - E-MODUL KETERAMPILAN BERBAHASA DAN APRESIASI SASTRA
P. 20
Pandangan pembicara yang dimaksud adalah arah pandangan
mata pembicara ketika berbicara. Pembicara dapat menghindari arah
pandangan yang terus-menerus ke atas, ke samping, atau merunduk.
Pandangan pembicara diarahkan kepada lawan bicara/pendengar.
Yang dimaksud lawan bicara/pendengar adalah teman sekelas siswa,
adik kelas, kakak kelas, atau siapa pun yang mendengarkan
pembicaraan. Dengan kata lain, dalam situasi berbicara tampak
terjadi kontak pandang antara pembicara dan lawan bicara. Apabila
pandangan hanya diarahkan kepada satu atau dua orang saja,
pendengar yang lainnya akan merasa tidak diperhatikan. Hal ini akan
berakibat pada berkurangnya perhatian pendengar kepada materi
yang disampaikan.
3) Gerak-gerik dan Mimik
Pembicara peerlu memperhatikan gerak-gerik dan mimik yang
tepat dan wajar dalam berbicara. Hal ini dapat menunjang keefektifan
berbicara dan menghidupkan komunikasi, sehingga pembicaraan
tidak kaku. Sebaliknya, gerak-gerik dan mimik yang berlebihan akan
mengganggu keefektifan berbicara. Perhatian pendengar akan beralih
kepada hal yang berlebihan, sehingga pesan yang disampaikan
kurang dipahami.
4) Kenyaringan Suara
Kenyaringan suara yang dimaksud adalah kejelasan suara.
Tingkat kenyaringan suara tentu disesuaikan dengan situasi, tempat,
jumlah pendengar, dan akustik. Suara dapat didengar secara jelas
oleh semua pendengar dan mampu mengatasi gangguan suara dari
luar.
5) Kelancaran
Seorang pembicara yang lancar berbicara akan memudahkan
pendengar menangkap isi pembicaraan. Pembicaraan tidak terputus-
putus atau tidak tersendat-sendat merupakan salah satu ciri
pembicaraan berlangsung lancar. Sebaliknya, pembicara yang terlalu
cepat berbicara akan menyulitkan pendengar memahami pokok
pembicaraan.
6) Relevansi
Gagasan demi gagasan yang disampaikan oleh pembicara
hendaknya berhubungan secara logis. Dengan demikian, gagasan
yang akan disampaikan dan proses penyampainnya juga
berhubungan secara logis dan sistematis. Hal ini berarti bahwa
hubungan antara kalimat yang satu dan kalimat yang lainnya harus
menunjukkan adanya kesesuaian dengan pokok pembicara.
7) Penguasaan Topik
Setiap pembicaraan mengandung satu topik. Topik
pembicaraan hendaknya betul-betul dikuasi oleh pembicara. Oleh
karena itu, apabila berbicara dalam situasi formal selalu dituntut
persiapan. Pembicara yang menguasai topic dengan baik akan
menumbuhkan keberanian dan kelancaran pembicaraan. Rasa
percaya diri juga akan muncul dalam berbicara apabila pembicara
menguasai topik yang dibicarakan.
15