Page 59 - E-MODUL KETERAMPILAN BERBAHASA DAN APRESIASI SASTRA
P. 59
(1) Diksi. Diksi merupakan kemampuan memilih kata demi
kata secara tepat menurut tempatnya yang sesuai dalam
suatu jalinan kata yang harmonis dan artistik sehingga
sejalan dengan maksud puisinya, baik secara denotatif
maupun secara konotatif. Misalnya:
Sekali berarti (bukan: bermakna, berguna, bermanfaat)
Sudah itu mati (bukan: wafat, meninggal, tewas,
mampuas, dll.
(2) Gaya bahasa. Gaya bahasa ialah cara atau gaya tertentu
yang digunakan penyair untuk menciptakan kesan
tertentu, daya bayang, dan nilai keindahan, seperti:
Gaya personifikasi : “Kerling danau di pagi hari” (Situr
Situmorang)
Gaya simbolisme : Ah, rumput, akarmu jangan turut
mengering (Waluyati)
(3) Kata konkret. Kata konkret ialah pemakaian kata-kata
yang dapat mewakili suatu pengertian secara konkret
dengan memilih kata yang khusus; bukan yang umum,
misal:
Anak itu bersimpuh di kaki ibundanya. (kata khusus)
Anak itu duduk lalu memeluk kaki ibundanya (kata
umum)
(4) Daya bayang (imagery). Daya bayang (imagery) ialah
kemampuan penyair mendeskripsikan atau melukiskan
suatu benda atau peristiwa sehingga seolah-olah
pembaca menyaksikan benda atau mengalami peristiwa
seperti yang disaksikan atau dialami penyair tersebut.
Daya bayang terwujud sebagai manifestasi dari
pemakaian kata konkret, diksi, dan gaya bahasa yang
tepat.
Misalnya:
Sajak Kecil Buat Penggalang
Dengan gagah perkasa
Engkau berdiri siap siaga
Bersenjata tongkat dibalut kain selempang
Berhias tanda-tanda kecakapan
Tali merah tali sempritan
Tersandang di lengan tangan kiri
Kepala dibalut baret
Lengkap lencana tunas kelapa
Tali melingkar bergantung
dipinggang
Sangkur menambah indah
dipandang
………………………………………….
(5) Irama dan rima.
54