Page 54 - E-MODUL KETERAMPILAN BERBAHASA DAN APRESIASI SASTRA
P. 54
Di samping itu, ada cerita tertentu yang mempunyai tiga
macam pelaku, yakni (a) pelaku protogonis yakni pelaku
menampilkan berbagai sifat yang baik misalnya, bijaksana,
penolong, dermawan, pemaaf dan sebagainya, (b) pelaku
antagonis yakni pelaku yang aktif dalam beberapa peristiwa
dengan menampilkan sifat-sifat yang berlawanan dengan
sifat pelaku utama atau sifat jahat, misalnya misalnya: licik,
khianat, bohong, serakah, dan sebagainya, (c) pelaku
tritogonis adalah pelaku yang berfungsi melerai perseteruan
antara pelaku antagonis dan pelaku protogonis.
Kaitannya dengan penetuan nama pelaku, Liothe (1991)
berpendapat bahwa memilih dan menentukan nama pelaku
sangatlah penting terutama untuk memberikan gambaran yang
hidup tentang tokoh cerita. Dengan demikian, memilih nama
pelaku hendaknya selaras dengan watak tokoh, corak cerita,
keadaan zaman, dan lokasinya.
d) Latar Cerita (setting)
Setiap peristiwa atau perbuatan selalu berlangsung
pada waktu, dan tempat tertentu. Waktu dan tempat
berlangsungnya peristiwa disebut latar, baik berupa latar
fisik maupun berupa latar sosial. Penggambaran latar yang
rinci dalam narasi dapat membantu penyusunan alur,
memperjelas pelaku narasi, dan memudahkan pembaca
menangkap amanat atau pesan yang disampaikan oleh
penulisnya. Namun demikian, kadangkala ada cerita yang
tidak dapat diketahui secara jelas waktu kejadiannya tetapi
latar fisik dan latar sosial masayarakat tempat terjadinya
peristiwa dapat diketahui dengan jelas.
Latar cerita tidak hanya berkaitan dengan tempat
kejadian perisitwa tetapi juga dengan waktu dan suasana saat
peristiwa yang terjadi peristiwa tersebut. Waktu terjadinya
peritiwa dapat dibagi atas: siang-malam (time of day), priode
waktu sekarang, yang akan datang, atau waktu yang telah lalu
(time of period). Penentuan latar waktu yang tepat akan
mendukung gambaran suasana cerita yang menarik. Misalnya
suasana cerita yang menakutkan (horor) akan lebih tepat
memilih waktu malam “Jumat Kliwon”. Lain halnya untuk jenis
cerita fantasi biasanya merujuk pada latar waktu lampau
sehingga digunakan “pada zaman duhulu”.
e) Sudut Pandang (point of View)
Cara penulis menyajikan peristiwa dalam cerita banyak
ditentukan oleh sudut pandang yang digunakan. Sudut
pandang adalah posisi penulis dalam cerita yang ditulisnya.
Secara garis besar ada dua sudut pandang yang digunakan
dalam menulis cerita (a) sudut pandang orang pertama atau
gaya saya (aku atau kami) dan (b) sudut pandang orang ketiga
49