Page 14 - Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan Penelitian Gabungan by Muri Yusuf (z-lib.org)
P. 14

BAB 1   Manusia, Ilmu, dan Kebenaran



                      Mars, pendaratan manusia di bulan, dan temuan-temuan baru senjata modern meru-

                      pakan bukti keingintahuan dan kemampuan manusia; dan kegagalan dalam berbagai

                      bidang percobaan nuklir, membuktikan pula keterbatasan manusia.


                            Manusia sebagai makhluk rasional dapat tumbuh dan berkembang, sehingga
                      mempunyai wawasan, pengetahuan, kemampuan dan keterampilan, nilai dan sikap

                      yang  berbeda  antara  satu  dengan  yang  lain.  Mereka  meneliti  secara  empiris  ke-

                      nyataan yang terjadi di dalam alam, sesuai batas kemampuan pancaindranya. Mereka

                      mencoba menalar, berpikir logis-analitis, sistematis, dan sistemik tentang apa yang

                      terjadi dan mungkin akan terjadi. Mereka mencoba mengendalikan dan/atau melihat

                      sesuatu dalam konteksnya. Suatu hal yang tidak dapat pula diabaikan, bahwa manu-

                      sia tidak pernah puas tentang apa yang pernah dibuktikannya, namun manusia sadar

                      pula akan batas kemampuan dan kewenangannya. Mereka berusaha mencari yang

                      baru, menganalisis, dan memprediksi yang akan datang.

                            Keterbatasan bukan suatu hambatan dalam pengembangan ilmu dan teknolo-

                      gi. Selagi dalam jangkauan pikiran, kemampuan dan pengetahuan manusia; selagi

                      dalam batas kuasa jangkauan pengamatan pancaindera; segala sesuatu wajar untuk

                      diselidiki dan diteliti, serta dibuktikan kebenarannya.



                      B.  MANUSIA MENCARI KEBENARAN (KEILMUAN)


                            Tiada yang langgeng dalam kehidupan, termasuk di dalamnya kebenaran (truth)

                      sebagai hasil usaha manusia dalam memecahkan masalah atau dalam menemukan

                      sesuatu yang baru. Kebenaran keilmuan bukanlah sesuatu yang selesai untuk sela-

                      ma-lamanya. Fisher (1975: 48) menyatakan, bahwa kebenaran adalah: “The body

                      of real things, events and facts, arguments with facts and a judgement, preposition

                      or idea that is true or acceptance as true”. Oleh karena itu, kebenaran ilmu bersi-

                      fat relatif. Kebenaran dapat berupa sesuatu, kejadian, dan fakta, argumentasi fakta,

                      pertimbangan, preposisi, atau ide yang benar atau yang diterima sebagai sesuatu

                      yang benar. Kebenaran dalam ilmu dibatasi fakta-fakta alam yang dapat diobservasi

                      baik dengan menggunakan pancaindra maupun dengan memanfaatkan alat bantu

                      teknologi serta kemampuan manusia/pengamat itu sendiri. Di luar batas jangkauan

                      itu, wilayah Sang Maha Pencipta dengan kebesaran-Nya. Manusia adalah pribadi
         a
          k           yang terbatas di hadapan Sang Khaliknya. Pribadi itu adalah substansial individual
         a
          t
         s
         u
         p            dari suatu kodrat yang berakal. Di samping itu, dipengaruhi pula oleh waktu dan
         a
          i
         s
         e            tempat, hubungan manusia dengan yang diamati, serta kondisi internal dan ekster-
         n
         o
          d           nal lainnya dalam mendeskripsikan, menyajikan, serta mencari hubungan di antara
         n
          i
          /
         m            fakta-fakta tersebut.
         o
         c
       .
   9   10   11   12   13   14   15   16   17   18   19