Page 37 - Buku Pedoman Pengawasan & Penegakan Hukum dalam Pencemaran Air
P. 37

Pengawasan dalam Konteks Pencemaran Air



           a.   paling sedikit 5 orang untuk unit kerja eselon II, di Kementerian Lingkungan
               Hidup (sekarang menjadi KLHK);
           b.   paling sedikit 3 orang di Kementerian/Lembaga Pemerintah Non Kementerian
               terkait lainnya; dan
           c.   paling sedikit 2 (dua) orang di provinsi/kabupaten/kota.
          Selain oleh PPLH, UU No. 32 Tahun 2009 memberikan opsi pengawasan dilakukan oleh
          Menteri, Gubernur, Bupati dan/atau Walikota dengan mendelegasikan kewenangannya
          kepada pejabat/ instansi teknis yang bertanggung jawab di bidang perlindungan dan
          pengelolaan lingkungan hidup. Lebih lanjut, dalam pembahasan Rancangan Peraturan
          Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan tentang Pedoman Pengawasan Di Bidang
          Perlindungan dan  Pengelolaan  Lingkungan  Hidup dan Kehutanan  (“Rapermen
          Pengawasan”) diatur juga mengenai pihak lain yang dapat melakukan pengawasan
          selain PPLH atau pejabat/instansi teknis yang mendapat delegasi dari Menteri LHK,
          yaitu Aparatur Sipil Negara (ASN). ASN dapat melakukan pengawasan dalam hal: (a)
          instansi lingkungan hidup belum memiliki PPLH; (b) pengawasan lingkungan hidup
          dilakukan  oleh  ASN  yang bekerja  pada unit  yang tugas  dan fungsinya  di bidang
          pengawasan  lingkungan  hidup  dengan  kriteria  memiliki  sertifikat  pelatihan  Amdal;
          dan/atau (c) memiliki pelatihan dasar-dasar pengelolaan lingkungan hidup. ASN juga
          telah diatur dalam Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Republik
          Indonesia Nomor P.22/Menlhk/Setjen/Set.1/3/2017 tentang Tata Cara Pengelolaan
          Pengaduan Dugaan Pencemaran dan/atau Perusakan Lingkungan  Hidup dan/atau
          Perusakan Hutan ( “PermenLHK No. P.22/2017”).

                  III.1.2.2. Etika Profesi Pejabat Pengawas

          Etika profesi secara umum didefinisikan sebagai sikap yang mengandung nilai moral
          sebagai bagian integral dari sikap atau perilaku hidup dalam menjalankan tugas suatu
          profesi. Secara umum, UU Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara (“UU No.
          5 Tahun 2014”) telah mengatur kode etik dan kode perilaku aparatur sipil Negara serta
          bagaimana penegakannya. Ada 12 perilaku yang diatur dalam Pasal 5 UU No. 5 Tahun
          2014, yaitu:

          a.  melaksanakan tugasnya dengan jujur, bertanggung jawab, dan berintegritas tinggi;
          b.  melaksanakan tugasnya dengan cermat dan disiplin;
          c.  melayani dengan sikap hormat, sopan, dan tanpa tekanan;
          d.  melaksanakan tugasnya sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
            undangan;
          e.  melaksanakan tugasnya sesuai dengan perintah atasan atau pejabat  yang
            berwenang sejauh tidak bertentangan dengan ketentuan peraturan perundang-


                                                                 www.icel.or.id  21
   32   33   34   35   36   37   38   39   40   41   42