Page 32 - Buku Pedoman Pengawasan & Penegakan Hukum dalam Pencemaran Air
P. 32

Buku Panduan Pengawasan & Penegakan Hukum dalam Pencemaran Air



          dalam sistem informasi pengawasan.  Informasi yang cukup akan membuat masyarakat
          dapat mengkritisi kebijakan pemerintah dan memberi masukan terkait pelaksanaan
          tanggung jawab pemerintah.

          Dari laporan hasil pengawasan tersebut, masyarakat memperoleh informasi yang dapat
          dikaitkan dengan hasil pemantauan mandiri yang dilakukan oleh masyarakat. Apabila
          ditemukan perbedaan, tentunya tidak menutup kemungkinan masyarakat kembali
          melakukan pengaduan pencemaran atau potensi pencemaran yang dilakukan oleh
          penanggung jawab usaha dan/atau kegiatan. Lebih baik lagi jika masyarakat diberikan
          kesempatan di awal untuk ikut memberi informasi terkait usaha dan/atau kegiatan
          yang berpotensi mengakibatkan pencemaran yang bisa diintegrasikan ke dalam sistem
          untuk dipertimbangkan oleh pengawas atau pembuat kebijakan. Lebih jauh, terkait
          dengan prosedur penyampaian informasi mengenai dugaan terjadinya pelanggaran,
          potensi, dan/atau dampak di bidang lingkungan hidup tersebut tidak akan dibahas
          lebih detail di dalam buku pedoman ini. Namun, dapat mengacu kepada Peraturan
          Menteri  Lingkungan  Hidup  dan  Kehutanan  No.  P.22/MenLHK/setjen/set.1/3/2017
          tentang Tata Cara Pengelolaan Pengaduan Dugaan Pencemaran dan/atau Perusakan
          Lingkungan Hidup dan/atau Perusakan Hutan.

          Selain itu, akuntabilitas dalam melakukan pengawasan juga berkaitan dengan implikasi
          tidak dilaksanakannya pengawasan oleh pengawas. Penting untuk dipahami bahwa
          penetapan  kewajiban  kepada  pelaku  usaha  dan/atau  kegiatan  dalam  pengelolaan
          lingkungan masih belum cukup apabila tidak diikuti dengan pengawasan yang ketat.
          Apalagi jika tindakan pelanggaran akan membawa keuntungan yang lebih besar bagi
          pelaku usaha dan/atau kegiatan dibandingkan dengan tindakan menaati kewajiban,
          persyaratan, dan larangan. Maka dari itu, terdapat implikasi dari absennya pengawasan
          terhadap ketaatan pelaku usaha dan/atau kegiatan terhadap kewajiban, persyaratan,
          dan larangan yang tercantum dalam perizinan dan peraturan perundang-undangan.
          Implikasinya meliputi implikasi pada biaya yang harus dikeluarkan akibat terjadinya
          kerugian serta implikasi hukum bagi pejabat yang berwenang melakukan pengawasan.

          Absennya pengawasan sangat memungkinkan berimplikasi pada kecenderungan
          pelaku usaha dan/atau kegiatan untuk melakukan pelanggaran terhadap ketentuan
          dalam perizinan dan peraturan perundang-undangan. Pelanggaran tersebut akan
          menunujukan dampaknya pada aspek kualitas lingkungan hidup, misalnya penurunan
          kualitas air sungai. Penurunan kualitas lingkungan hidup tersebut akan menimbulkan
          kerugian yang seringkali menimbulkan sengketa antara pihak yang menderita kerugian
          dengan pihak  yang dianggap menyebabkan terjadinya kerugian. Dari kerugian
          tersebut akan muncul biaya-biaya yang tidak sedikit, seperti biaya bersengketa (baik
          di dalam maupun di luar pengadilan, biaya untuk melakukan penanggulangan, dan



          16  Indonesian Center For Environmental Law
   27   28   29   30   31   32   33   34   35   36   37