Page 27 - Buku Pedoman Pengawasan & Penegakan Hukum dalam Pencemaran Air
P. 27

Konsep Perizinan, Pengawasan & Penegakkan Hukum dalam Pengendalian Pencemaran Air




             Perizinan (IPLC, Izin
           Pemanfaatan Air Limbah)   Bupati/Walikota  Bupati/Walikota  Bupati/Walikota
           (Pasal 41 dan pasal 36 PP
             No. 82 Tahun 2001)

            Perizinan (Izin Injeksi)
           (Permen LH No. 13 Tahun   Menteri       Menteri        Menteri
                  2007)

              Pembinaan (untuk
           pemegang izin) (Pasal 43   Pemberi Izin  Pemberi Izin  Pemberi Izin
            PP No. 82 Tahun 2001)

              Pembinaan (untuk
          masyarakat) (Pasal 43 ayat   Bupati/Walikota  Gubernur  Menteri
           (3) PP No. 82 Tahun 2001)

          Pengawasan (Pasal 71 ayat   Pemberi Izin  Pemberi Izin  Pemberi Izin
           (1) UU No. 32 Tahun 2009)

           Penegakan hukum (Pasal
          76 ayat (1) UU No. 32 Tahun   Pemberi Izin  Pemberi Izin  Pemberi Izin
                  2009)
            Penyediaan informasi
           (Pasal 33 PP No. 82 Tahun   Pemkab/Pemkot  Pemprov     Menteri
                  2001)
          *) KET: Menteri menetapkan baku mutu air dan air limbah nasional; dan pemerintah dapat menetapkan baku
          mutu yang lebih ketat dan/atau penambahan parameter.
          **) KET: Kewenangan menerbitkan Izin Lingkungan berdasarkan dengan Kewenangan penerbitan Keputusan
          Kelayakan Lingkungan Hidup atau Rekomendasi UKL-UPL.


          Bagi pejabat pengawas, pembagian kewenangan pemerintah dalam konteks
          pengendalian pencemaran air menjadi penting dalam hal:

             1.   dampak pencemaran dirasakan di  wilayah administratif  yang berbeda
                 (misalnya: di bagian hilir) dengan wilayah administratif yang memberikan izin
                 pembuangan air limbah dan/atau Izin Lingkungan (misalnya: di bagian hulu);
                 dan
             2.   kinerja pemerintah di  wilayah administratif di bagian hulu akan sangat
                 berpengaruh terhadap pengendalian pencemaran di bagian hilir (misalnya:
                 terkait dengan kumulasi sumber pencemar atau debit air).




                                                                 www.icel.or.id  11
   22   23   24   25   26   27   28   29   30   31   32