Page 47 - Arah Baru Kebijakan Penegakan Hukum Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya
P. 47

Arah Baru Kebijakan Penegakan Hukum Konservasi
                                                            Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya


               A.  PENDAHULUAN
               Pada tahun 2018, Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan (“Menteri LHK”) Indonesia
               mengatakan  bahwa  kejahatan  terhadap  kehidupan  liar/wildlife  crime  menduduki
               peringkat  ketiga  sebagai  kejahatan  terbesar  setelah  kejahatan  narkotika  dan
                                  1
               perdagangan  orang.   Sesungguhnya  hal  ini  bukan  lah  temuan  baru.  Pasalnya  pada
               2015,  kajian  USAID  telah  menunjukan  hal  serupa  yang  diungkapkan  MenLHK.
                                                                                            2
               Walaupun demikian, berbagai upaya korektif berupa penegakan hukum telah banyak
               dilakukan dalam lima tahun terakhir. Berdasarkan data  Direktorat Penegakan Hukum
               Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, kasus kejahatan terhadap kehidupan liar
               merupakan kasus tertinggi kedua yang berhasil ditangani hingga P.21 dari 2015 sampai
               2018:
                     3
                 Kerusakan Lingkungan  2
                    Kebakaran Hutan  3
                      Pencemaran LH    13
                   Perambahan Hutan                  91
                       PeredaranTSL                                    190
                     Pembalakan Liar                                                 269
                                   0       50       100      150      200      250     300

                                Grafik 2.1. Total Penanganan Kasus Tindak Pidana LHK
                                     oleh Dirjen Gakkum KLHK 2015 s.d. 2018

               Kasus-kasus tersebut ditegakkan menggunakan Undang-Undang Nomor 5 tahun 1990
               tentang  Konservasi  Sumber  Daya  Alam  Hayati  dan  Ekosistemnya  (“UU  No.5/1990”).
               Undang-undang yang tidak pernah diubah selama 29 tahun diterbitkan ini menjadi salah
               satu  permasalahan  utama  dalam  pemberantasan  kejahatan  terhadap  kehidupan  liar,
               menurut Sembiring dan Adzkia.  Mereka berargumen bahwa UU No.5/1990 memiliki
                                            4


               1    Tsatina   Maharani,   “Menteri   LHK:   Kejahatan   satwa   liar   peringkat   ke-3   di   indonesia,”
                  https://news.detik.com/berita/d-3998884/menteri-lhk-kejahatan-satwa-liar-peringkat-ke-3-di-indonesia,
                  diunduh pada 16 Oktober 2019.
               2      USAID, Changes for Justice Project Wildlife Crime in Indonesia: A Rapid Assessment of the Current Knowledge,
                  Trends and Priority Actions, 2015, hlm. 14 

               3    Paparan “Penegakan Hukum Tindak Pidana Tumbuhan dan Satwa Liar” yang disampaikan oleh Dulhadi,
                  Kasubdit Kejahatan Keanekaragaman Hayati pada Direktorat Penegakan Hukum Kementerian Lingkungan
                  Hidup  dan  Kehutanan,  pada  kegiatan  Diskusi  Kelompok  Terpumpun  Jenis  dan  Bentuk  Tindak  Pidana
                  Keanekaragaman Hayati yang diselenggarakan oleh Indonesian Center for Environmental Law (ICEL) di
                  Jakarta, 21 Januari 2019.

               4    Raynaldo Sembiring dan Wenni Adzkia, “Memberantas Kejahatan Atas Satwa Liar: Refleksi Atas Penegakan
                  Hukum Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1990”, JHLI Vol 2, Issue 2, (2015), hlm. 55





                                                                                          | 31
   42   43   44   45   46   47   48   49   50   51   52