Page 4 - modul XI smt 2 Pergerakan Nasional Indonesia
P. 4

mulai bergeser ke  sosialis. Melihat perkembangan SI itu, pimpinan SI yang lain kemudian menjalankan
               disiplin partai melalui kongres SI bulan Oktober tahun 1921 di Surabaya. Selanjutnya SI pecah menjadi
               SI “putih” di bawah Cokroaminoto dan SI “merah” di bawah Semaun dan Darsono. Dalam Perkembangan
               SI “merah” ini bergabung dengan Partai Komunis Indonesia (PKI) yang telah berdiri sejak 23 Mei 1923.

               3.  Indische Partij (IP)
                     Indische Partij didirikan di Bandung pada tanggal 25 Desember 1912. Pendirinya adalah dr. E.F.E
               Douwes  Dekker,  dr.  Cipto  Mangunkusumo,  dan  Ki  Hajar  Dewantara.  IP  bertujuan  mempersatukan
               bangsa  Indonesia  untuk  mencapai  kemerdekaan.  Tokoh-tokoh  IP  menyebarluaskan  tujuannya  melalui
               surat kabar. Dalam waktu singkat IP mempunyai banyak anggota. Cabang- cabangnya tersebar di seluruh
               Indonesia. Pemerintah Hindia Belanda menganggap organisasi ini membahayakan kedudukannya. Pada
               bulan Maret  1913, Pemerintah Hindia Belanda melarang kegiatan IP. Pada bulan Agustus tahun  yang
               sama, para pemimpin IP dijatuhi hukuman pengasingan.
                     Organisasi  yang  sejak  berdirinya  sudah  bersikap  radikal  adalah  Indische  Partij.  Organisasi  ini
               dibentuk pada tahun 1912 di kalangan orang-orang Indo di Indonesia dan dipimpin oleh E.F.E. Douwes
               Dekker. Cita-citanya adalah agar orang-orang yang menetap di Hindia Belanda (Indonesia) dapat duduk
               dalam pemerintahan. Adapun semboyannya adalah Indie Voor de Indier (Hindia bagi orang-orang  yang
               berdiam di Hindia).
                     Dalam  menjalankan  propagandanya  ke  Jawa  Tengah,  Douwes  Dekker  bertemu  dengan  Cipto
               Mangunkusumo yang telah meninggalkan Budi Utomo. Cipto, yang terkenal dalam Budi Utomo dengan
               pandangan-pandangannya yang radikal, segera terpikat pada ide Douwes Dekker. Suwardi Suryaningrat
               dan  Abdul  Muis  yang  berada  di  Bandung  juga  tertarik  pada  ide  Douwes  Dekker  tersebut.  Dengan
               dukungan  tokoh-tokoh  tersebut,  Indische  Partij  berkembang  menjadi  30  cabang  dengan  7.300  orang
               anggota, sebagian besar terdiri atas orang-orang  Indo-Belanda.
                     Indische Partij berjasa memunculkan konsep Indie voor de Indier yang sesungguhnya lebih luas dari
               konsep  “Jawa  Raya”  dari  Budi  Utomo.  Dibandingkan  dengan  Budi  Utomo,  Indische  Partij  telah
               mencakup suku-suku  bangsa lain di nusantara. Budi utomo dalam perkembangannya terpengaruh  juga
               oleh  cita-cita  nasionalisme  yang  lebih  luas.  Hal  ini  dialami  juga  oleh  organisasi-organisasi  lain  yang
               keanggotaannya terdiri atas suku-suku bangsa tertentu, seperti Serikat Ambon, Serikat Minahasa, Kaum
               Betawi, Partai Tionghoa  Indonesia,  Serikat Selebes,  dan  Partai Arab-Indonesia.  Cita-cita persatuan ini
               kemudian  berkembang  menjadi  nasionalisme  yang  kokoh,  Hal  ini  menjadi  hal  pokok.  Masa  akhir
               Indische  Partij  terjadi  ketika  Suwardi  Suryaningrat  dan  Cipto  Mangunkusumo  ditangkap  dan  diminta
               untuk memilih daerah pembuangan. Akhirnya ke dua tokoh tersebut meminta dibuang ke negeri Belanda.
               Demikian juga Douwes Dekker dibuang ke Belanda dari tahun 1913 sampai dengan 1918.

               4.  Partai Nasional Indonesia (PNI)
                     Pada tanggal 4 Juli 1927, para pengurus Algemeene Studie Club (Kelompok  Belajar  Umum)  di
               Bandung   mendirikan   perkumpulan   baru yang dinamakan Perserikatan Nasional Indonesia. Mereka
               adalah  Ir.  Soekarno, Mr.  Sartono,  dr.  Samsi,  Mr.  Iskaq  Cokrohadisuryo,  Mr.  Budiarto,  Mr.  Ali
               Sastroamijoyo, Mr. Sunario, dan Ir. Anwari. Perkumpulan ini kemudian berganti nama  menjadi  Partai
               Nasional Indonesia (PNI).
                     PNI berkeyakinan bahwa untuk membangun nasionalisme ada tiga  syarat  yang harus ditanamkan
               kepada  rakyat  yaitu  jiwa  nasional  (nationaale  geest),  tekad  nasional  (nationaale  wil),  dan  tindakan
               nasional (nationnale daad). Dengan cara ini Partai Nasional Indonesia berusaha dengan kekuatan rakyat
               sendiri,  memperbaiki  keadaan  politik,  ekonomi,  dan  budaya.  Pemahaman  ketiga  unsur  itu  menjadikan
               masyarakat sadar akan kemelaratannya dalam alam penjajahan. Kepada rakyat  dijelaskan  bahwa masa
   1   2   3   4   5   6   7   8   9