Page 5 - modul XI smt 2 Pergerakan Nasional Indonesia
P. 5
lampau Indonesia adalah sangat gemilang. Manusia Indonesia menurut Soekarno (tokoh PNI)
dimiskinkan oleh kolonial. Manusia Indonesia yang memiliki tanah untuk mencari nafkah, tetapi tetap
miskin. Manusia Indonesia yang miskin itu dinamakan Soekarno marhaen.
Semangat marhaen dan nasionalisme yang ditiupkan oleh Bung Karno mendapat simpati kelompok-
kelompok politik. Semangat marhaen dan nasonalisme itulah yang membuat partai-partai politik semakin
terbangun persatuannya. Oleh sebab itu pada akhir tahun 1927 PNI mengadakan suatu rapat di Bandung
yang antara lain dihadiri oleh wakil-wakil dari Partai Serikat Islam, Budi Utomo, Paguyuban Pasundan,
Sumatranen Bond dan Kaum Betawi. Rapat yang dipimpin Partai Nasional itu sepakat membentuk suatu
badan kerjasama yaitu Perhimpunan-Perhimpunan Politik Kebangsaan Indonesia (PPPKI).
Lahirnya PPPKI mendapat respon dalam kongres PNI tahun 1928. Dalam kongres itu dikemukakan
bahwa ada pertentangan tajam antara pejajah dan yang dijajah. Belanda, merupakan suatu kekuatan
imperialisme yang mengeruk kekayaan bumi Indonesia. Itulah sebabnya tatanan-tatanan sosial, ekonomi
dan politik Indonesia hancur lebur. Untuk mengatasi keadaan ini diperlukan perjuangan politik yaitu
mencapai Indonesia merdeka.
Tidak dapat disangkal bahwa ada unsur-unsur Marxisme turut mempengaruhi sikap pergerakan
nasional. Pemikiran itu disebarkan dalam rapat-rapat, kursus-kursus dan sekolah-sekolah serta organisasi-
organisasi pemuda yang didirikan oleh PNI. Pers PNI yang terdiri dari surat-surat kabar Banteng Priangan
(Bandung) dan Persatuan Indonesia (Jakarta) juga membantu penyebaran pandangan ini. Kegiatan PNI ini
dengan pesat menarik perhatian massa. Jumlah anggota PNI pada tahun 1929 diperkirakan 10.000
orang, yang tersebar antara lain di Bandung, Jakarta, Yogyakarta, Semarang dan Makassar.
Perkembangan PNI ini semakin mengkhawatirkan pemerintah Hindia Belanda. Dengan tuduhan akan
melakukan pemberontakan, tokoh-tokoh PNI, Soekarno, dkk ditangkap, kemudian diajukan ke pengadilan
18 Agustus 1930. Dalam pengadilan tersebut, Soekarno mengajukan pidato pembelaan “Indonesia
Menggugat”. Tokoh-tokoh PNI tersebut kemudian dijatuhi hukuman penjara. Setelah tokoh-tokohnya
dtangkap, PNI dibubarkan. Kemudian dibentuk PNI Merdeka (Pendidikan Nasional Indonesia) yang
dipimpin Moh. Hatta dan Partindo (Partai Indonesia) yang dipimpin Sartono. Setelah keluar dari penjara
Ir. Soekarno masuk Partindo.
5. Masa Radikal
Masa radikal, diartikan sebagai suatu masa yang memunculkan organisasi-organisasi politik yang
kemudian dinamakan “partai”. Pada umumnya organisasi-organisasi ini tidak mau bekerja sama dengan
pemerintah Hindia Belanda dalam mewujudkan cita-cita organisasinya. Mereka dengan tegas menyebutkan
tujuannya untuk mencapai Indonesia Merdeka. Organisasi - organisasi atau partai ini sudah bergerak dalam
bidang politik, khususnya menentang keputusan pemerintah Belanda. Masa radikal ini juga diwarnai
pengaruh Marxisme dan komunisme.
Pada tahun 1908 di negeri Belanda berdiri sebuah organisasi yang bernama Indische
Vereeniging. Organisasi ini didirikan oleh pelajar-pelajar dari Indonesia. Pada mulanya hanya bersifat
sosial yaitu untuk memajukan kepentingan-kepentingan bersama para pelajar tersebut. Namun sejalan
dengan berkembangnya perasaan anti kolonialisme dan imperialisme setelah berakhirnya Perang Dunia I,
organisasi ini juga menginginkan adanya hak bagi bangsa Indonesia untuk menentukan nasibnya sendiri.
Sehubungan dengan itu Indische Vereeniging berganti nama menjadi Indonesische Vereeniging
(Perhimpunan Indonesia) dan bertujuan untuk mencapai kemerdekaan Indonesia.
Di samping itu mereka mengadakan hubungan dengan gerakan-gerakan nasional di berbagai negara
di dunia, antara lain dengan Liga Penentang Tindasan Penjajah, Internasionale Komunis dan ikut serta
pada kongres- kongres internasional yang bersifat humanistis.
Dalam perkembangannya pada tanggal 10-15 Februari 1927 Liga Penentang Tindakan Penjajahan