Page 10 - modul XI smt 2 Pergerakan Nasional Indonesia
P. 10
Gerakan ini diketuai Oleh Mr. Syamsuddin, tokoh Parindra Jawa Barat. Gerakan ini tidak banyak
menarik rakyat. Oleh karena itu pemerintah Jepang membubarkan gerakan ini pada tahun 1943 sebagai
gantinya dibentuk Putera.
2. Pusat Tenaga Rakyat (Putera)
Organisasi ini dibentuk pada 1 Maret 1943 di bawah pimpinan empat serangkai, yaitu Ir. Soekarno,
Dr. Mohammad Hatta, Ki Hajar Dewantara, dan KH. Mas Mansyur. Mereka dianggap mewakili aliran-
aliran yang terdapat dalam masyarakat Indonesia. Karena organisasi ini terlalu bersifat nasional, maka
pada tahun 1944 dibubarkan oleh pemerintah Jepang dan kemudian membentuk Jawa Hokokai.
3. Perhimpunan Kebangkitan Jawa (Jawa Hokokai)
Pimpinan dari organisasi ini di bawah komando militer Jepang. Organisasi ini tersusun dari tingkat
pusat sampai ke tingkat daerah. Jawa Hokokai dibentuk karena perang sudah semakin meningkat. Rakyat
dituntut agar memberikan pengabdian yang maksimal dan bersedia mengorbankan diri serta
mempertebal rasa persaudaraan.
4. Pembela Tanah Air (Peta)
Pembela Tanah Air (Peta) dibentuk pada tahun 1943, yang merupakan kesatuan militer bersenjata
yang dibentuk atas inisatif Gatot Mangkupraja. Di sini pemuda-pemuda Indonesia dilatih kemiliteran
Jepang untuk keperluannya. Ternyata Peta inilah nantinya merupakan tenaga inti untuk membela
Republik Indonesia. Jepang memanfaatkan pendirian PETA untuk mengerahkan tenaga dalam rangka
menghancurkan Sekutu, yang dianggap merupakan kemenangan terakhir. Masyumi (Majelis Syuro
Muslimin)
Meskipun Jepang mengekang aktivitas semua kaum nasionalis, namun golongan nasionalis Islam
mendapat perlakuan lain. Golongan ini memperoleh kelonggaran, karena dinilai paling anti Barat. Jepang
menduga bahwa golongan ini akan mudah dirangkul. Sampai bulan November 1943, Jepang masih
memperkenankan berdirinya Majelis Islam A’la Indonesia (MIAI) yang dibentuk pada zaman Hindia
Belanda. Para pemuka agama diundang ke Jakarta oleh Gunseikan Mayor Jendela Okazaki, untuk
mengadakan penukaran pikiran. Hasilnya adalah MIAI diakui sebagai organisasi resmi Umat Islam,
dengan syarat harus mengubah asas dan tujuannya.
5. Chou Singi-In
Memasuki awal tahun 1943 Jepang mulai melemah. Mereka mengalami kekalahan beruntun di
berbagi front pertempuran. Pada tanggal 8 Januari 1943, Perdana Menteri Tojo mengumumkan secara
resmi bahwa Filipina dan Birma akan memperoleh kemerdekaannya pada tahun itu juga, sedangkan
mengenai Indonesia tidak disinggung sama sekali. Pernyataan itu dapat menyinggung perasaan kaum
nasionalis dan rakyat Indonesia umumnya. Oleh karena itu, Perdana Menteri Tojo menganggap perlu
mengirim Menteri Urusan Asia Timur Raya, Aoki, ke Jakarta awal bulan Mei 1943. Aoki adalah Menteri
Jepang pertama kali yang ada di Indonesia.
Sehubungan dengan pertemuan tokoh-tokoh empat serangkai dengan Menteri Aoki itulah, maka
pada tanggal 7 Juli 1943, Tojo datang ke Jakarta.
C. Dampak Pendudukan Jepang dalam Berbagai Aspek Kehidupan
1. Bidang Politik
Sejak masuknya Jepang di Indonesia, organisasi yang berkembang pada saat itu dihapuskan dan
diganti dengan organisasi buatan Jepang. Tetapi pemerintah Jepang masih membiarkan kesempatan pada