Page 6 - modul XI smt 2 Pergerakan Nasional Indonesia
P. 6

mengadakan kongres internasional pertama di Brussel. Tujuan kongres ini adalah menentang imperialisme
               di dunia dan tindakan penjajahan. Dalam kongres Brussel itu hadir wakil-wakil pergerakan kebangsaan
               berbagai negara terjajah di dunia termasuk Indonesia diwakili oleh Mohammad  Hatta,  Nazir  Pamuntjak,
               Gatot  Mangkupraja, Achmad  Soebardjo dan Semaun.
               Adapun hasil-hasil yang diputuskan dalam Kongres Brussel adalah:
                a.  Memberikan  dukungan  yang  sebesar-besarnya  kepada  Pergerakan  Kemerdekaan  Indonesia  dan
                    menyokong pergerakan itu terus- menerus dengan segala daya upaya apa pun juga;
                b.  Menuntut  dengan  keras  kepada  Pemerintah  Belanda  agar  pergerakan  Rakyat  Indonesia  diberi
                    kebebasan bergerak, menghapus keputusan- keputusan hukuman mati dan pembuangan dan menuntut
                    adanya pembebasan tahanan politik bagi kaum pergerakan.
                     Tindakan Perhimpunan Indonesia (PI) itu membuat Pemerintah Kolonial Belanda bertindak tegas.
               Empat  anggota  pengurus  Perhimpunan  Indonesia  yaitu  Mohammad  Hatta,  Nazir  Pamuntjak,  Abdul
               Madjid,  dan,  Ali  Sastroamidjojo ditangkap.  Mereka  dihadapkan  pada  sidang  pengadilan  Maret  1928.
               Dalam kesempatan tersebut, Mohammad Hatta mengajukan pidato pembelaan yang berjudul “Indonesia
               Vry”.  Pemerintah  kolonial  Belanda  ternyata  tidak  berhasil  membuktikan  kesalahannya,  sehingga
               merekapun  dibebaskan.  Kejadian  ini  merupakan  peristiwa  yang  penting  bagi  perjalanan  Pergerakan
               Nasional  Indonesia.  Penentangan  yang  dilakukan  membuat  PI  semakin  mendapat  simpati  dari  rakyat
               sehingga PI semakin besar.
                     Semangat  yang  tinggi  untuk  mencapai  cita-cita  Indonesia  merdeka  juga  nampak  pada  Partai
               Nasional  Indonesia.  Dalam  anggaran  dasarnya  ditegaskan secara  jelas  yaitu  mencapai  kemerdekaan
               Indonesia.

               6.  Kongres Pemuda II
                     Nasionalisme juga berkembang di kalangan pemuda. Para pemuda yang telah mendirikan berbagai
               organisasi pemuda juga merasa perlu untuk menggalang persatuan. Semangat persatuan ini diwujudkan
               dalam  kongres  pemuda  pertama  di  Jakarta  pada  bulan  Mei  1926.  Para  pemuda  menyadari  bahwa
               nasonalisme perlu ditumbuhkan dari sifat kedaerahan yang sempit menuju terciptanya kesatuan seluruh
               bangsa Indonesia. Namun kongres pertama ini belum membuahkan hasil seperti yang diharapkan.
                     PPI  mempelopori  penyelenggaraan  Kongres  Pemuda  II.  Dalam  Kongres  Pemuda  II  yang
               diselenggrakan pada tanggal 27-28 Oktober 1928, berbagai organisasi pemuda seperti Jong Java, Jong
               Sumatranen Bond, Sekar Rukun, Pasundan, Jong Selebes, Pemuda Kaum Betawi terlibat di dalamnya.
               Kongres ini berusaha mempertegas kembali makna persatuan dan berhasil mencapai suatu  kesepakatan
               yang kemudian dikenal sebagai Sumpah Pemuda, yaitu:

                     Pertama, kami Putra dan Putri Indonesia mengaku bertumpah darah yang satu, tanah Indonesia.
                     Kedua, Kami Putra dan Putri Indonesia mengaku berbangsa yang satu, bangsa Indonesia.
                     Ketiga, Kami Putra dan Putri Indonesia menjunjung tinggi bahasa persatuan bahasa Indonesia.

                     Dalam penutupan kongres itu pula untuk pertama kali dikumandangkan lagu Indonesia Raya  dan
               Bendera  Merah Putih dikibarkan untuk mengiringi lagu tersebut. Suasana haru yang sangat mendalam
               memenuhi hati para pemuda yang hadir saat itu. Sebagai tindak lanjut Sumpah Pemuda pada tanggal 31
               Desember  1930  di  Surakarta  dibentuk  organisasi  Indonesia  Muda,  yang  merupakan  penyatuan  dari
               berbagai  organisasi  pemuda,  yaitu  Jong  Java,  Jong  Sumatranen  Bond,  Jong  Minahasa,  Jong  Celebes,
               Sekar Rukun, dan Pemuda Indonesia.
                     Hal  itu  membuat  Pemerintah  Belanda  semakin  serius  mengawasi  pergerakan  politik  bangsa
               Indonesia.  Gubernur  Jenderal  De  Jonge  melakukan  tekanan  keras  terhadap  organisasi  pergerakan
   1   2   3   4   5   6   7   8   9   10   11