Page 60 - Al Ashri Cover Ok.cdr
P. 60
OPINI
Pertama, menjadi p e n g u s a h a
komunitas pelajar penginapan untuk
sepanjang hayat, m e n g g u n a k a n
C o m m u n i t y o f fasilitas TV nya.
Lifelong Laernes. “Mereka selfie
J i k a b e r b i c a ra ke t i k a n o n t o n
t e n t a n g bareng dan dikirim
pendidikan, kita ke saya fotonya.
tidak hanya bicara Terlihat mereka
tentang peserta kumpul dan ada
d i d i k n y a y a n g k a s u r t e r l i h a t
belajar tapi juga orang tua yang belajar, pendidiknya disana, didiriin sama mereka biar muat kamarnya.
juga terus belajar. Harus sudah ada perubahan Melihatnya saya mau nangis, sekaligus senang juga
untuk menyiapkan masa depan, jadi semangatnya dengan usaha dan kreativitasnya,” tutur Bu Elaa.
adalah semua harus belajar. Bu Elaa melanjutkan ceritanya. Beberapa bulan
Kedua, semangat komunitas. Berbagi tanggung lalu Bu Elaa berlibur ke Sumba Timur bersama anak-
jawab, maksudnya orang tua tidak menyerahkan anaknya. “Jauh banget deh sekolahnya, di tebing
seluruh tanggung jawab ke sekolah atau sebaliknya. seperti ada di ujungnya dunia. Dari Bandara Sumba
Bukan lagi orang tua hanya untuk anak kandungnya Timur, 5 jam jalan darat,” sembari Bu Elaa tertawa
saja tetapi orang tua untuk semua anak. Semua kecil. “Ini ngapain ya sekolah di tempat sejauh ini?”
harus berbagi tanggung jawab. Tanya anak-anaknya. Menurut mereka, tidak
Ketiga, anak-anak harus tumbuh utuh. Anak mungkin ada sosok “Guru Keren” disana, ketika
tidak hanya menjadi individu yang dilatih cara mereka baru saja tiba tepat di depan gedung tiga
berpikirnya saja. Anak-anak juga harus seimbang sekolah dengan satu atap. “Pasti ada, dimanapun
secara emosional, moral, spiritual, dan menjadi pasti ada!” tegas Bu Elaa ke anak-anaknya.
pelajar yang merdeka serta berkontribusi pada Bu Elaa menjelaskan bahwa dari 10 orang guru di
masyarakat. “Dengan adanya komunitas, kita dapat sekolah itu, ada 2 “Guru Keren” dengan jiwa kreatif,
saling menguatkan bahwa yang kita lakukan ini inovator, dan “nyeleneh.” Dapat dilihat dari
bukan sekedar mengejar nilai ujian nasional tinggi, pengelolaan kelasnya. Meskipun kelasnya masih
menang berbagai kompetisi atau lomba tapi yang “jelek” dan beralas tanah, 2 “Guru Keren” yang
kita lakukan memang sesuatu yang dibutuhkan disebut Bu Elaa membuat media belajar sangat
untuk masa depan. Karena ekosistem pendidikan kreatif. “Bener-bener terlihat langsung oleh mata
kita masih terpengaruh masa lalu, yang dikuatkan deh kerennya 2 guru ini. Anak saya aja sampai
tidak menyiapkan anak-anak untuk masa depan,” bengong,” ucap Bu Elaa sembari menurunkan nada
tambah Bu Elaa. suaranya menghela nafas panjang, sedari tadi
Keempat, memberikan pengaruh pada banyak semangat bercerita.
sekolah, guru, murid, dan orang tua. Bukan Dikutip dari bukunya, Merdeka Belajar di Ruang
berkompetisi, lebih pada memberi banyak manfaat Kelas, Bu Elaa menjelaskan bahwa menjadi “Guru
untuk masyarakat. Dari kesemuanya, yang Keren” terkait dengan empat hal berikut.
terpenting adalah lingkungan yang mendukung. 1. Guru punya kemerdekaan
“Kayak gila sendiri, saya yang bener apa kebanyakan Kemerdekaan adalah bagian penting dari
mereka yang gak bener,” sahut Bu Elaa sambil pengembangan diri seorang guru. Seperti halnya
tersenyum. Tim redaksi pun larut dalam tawa seekor burung yang tidak berani keluar dari
bersama tanpa diinstruksi. kandang, kompetensi guru tidak akan optimal
“Guru Keren” menurut Bu Elaa pasti ada di setiap berdampak tanpa kemerdekaan. Hanya guru yang
tempat. Setidaknya 20% dalam suatu komunitas, merdeka yang dapat membebaskan anak, hanya
serius meyakinkan tim redaksi. Bu Elaa bercerita guru yang antusias yang menularkan rasa ingin tahu
tentang guru di Kepulauan Seribu. Ketika pada anak, dan hanya guru belajar yang pantas
pembelajaran memerlukan media seperti laptop mengajar.
dan proyektor, untuk program nonton bareng, Kemerdekaan sebagai salah satu kunci
media yang diperlukan tidak ada di satu-satunya pengembangan diri seorang guru memiliki tiga
SMP di sana. Guru tadi meminjam satu kamar ke dimensi. Komitmen pada tujuan, mandiri dalam
58 Al Ashri edisi 48