Page 89 - bahan materi film sejarah berita proklamasi kemerdekaan di Indonesia
P. 89

BERITA PROKLAMASI KEMERDEKAAN DI INDONESIA





                 Tiga serangkai itu sepakat berbagi peran. Sukarno dan Hatta bergerak “di
                 atas tanah” atau bekerjasama dengan Jepang, sedangkan Sjahrir bergerak

                 “di  bawah  tanah”  atau  tidak  bekerjasama  dengan  Jepang.  Hatta bersedia
                 menjadi penasehat pemerintah militer Jepang. Dia dibantu oleh  A.K.
                 Pringgodigdo, Suwiryo, Sujitno Mangunkusumo, dan Mr. Hardjono.

                       Pemerintah Pendudukan Jepang berkeinginan segara mendapat
                 dukungan dari rakyat Indonesia. Untuk itu, mereka berusaha membentuk
                 opini publik guna mendongkrak pencitraan, dengan membentuk barisan
                 propaganda yang disebut Sendenbu. Caranya dengan mengambil alih media
                 massa, merekrut wartawan, penulis, penyair, dan seniman. Saat itu, di

                 Bandung ada empat surat kabar berbahasa Inggris dan Sunda, yakni Nicork
                 Express, Sipatahunan, Sinar Pasundan, dan Sepakat. Agar pemberitaannya
                 seragam dan mendukung program Jepang, keempat pemilik dan pengelola

                 surat kabar tersebut dikumpulkan. Sendenbu memutuskan melebur
                 keempat surat kabar tersebut menjadi satu surat kabar. Untuk menyeleksi
                 naskah berita yang masuk, dibentuk badan sensor berita.
                       Para pemimpin perusahaan, pemimpin redaksi, hingga wartawan
                 keempat surat kabar tersebut sempat keberatan dengan peleburan tersebut.

                 Namun mereka tidak berdaya, karena ditekan tentara Jepang. Maka, pada
                 Senin, 6 Roku Gatsu 2602 (1942) terbitlah suratkabar tunggal di Bandung
                 bernama Tjahaja yang beralamat di Jalan Raya Wetan (Groote Post-weg

                 Oost) nomor 54, Bandung. Pegawai Gunsei, Otto Iskandardinata, didapuk
                 sebagai Direktur Tjahaja; bekas Pemimpin Sepakat  A. Hamid sebagai
                 Pemimpin Pusat Redaksi; bekas Direktur Sipatuhunan, Niti Sumantri,
                 sebagai Pemimpin Administrasi; bekas Direktur Nicork Express, Bratanata,
                 sebagai Pemimpin Propaganda Reklame; bekas Direktur Sinar Pasundan,

                 Ali Ratman, sebagai Pemimpin Percetakan.
                       Pemerintah Pendudukan Militer Jepang menghadapi persoalan
                 serius pada  1944.  Di  daerah-daerah  pendudukan  di  Asia  Pasifik,  Jepang




                                                                                      89
   84   85   86   87   88   89   90   91   92   93   94