Page 346 - Tere Liye - Bumi
P. 346

TereLiye “Bumi”   343




                         ”Jangan anggap dia remeh, Stad.” Salah satu dari mereka ikut

                  mengangkat tangan, siap menyerang.

                         Ini semua keliru. Aku mengeluh, seharusnya aku mendengar­kan
                  Ali. Tidak akan mungkin kami semudah ini menemukan Miss Selena,
                  tidak ada yang menghalangi di lorong, tidak ada Pasuk­an Bayangan di
                  mana­mana. Mereka, bagaimanapun cara­nya, tahu kami akan datang,
                  dan mereka memilih me­nunggu.


                         ”Aku tidak diperintahkan menyakitimu. Jangan salah paham.”
                  Orang yang bernama Stad berhenti, membuat  empat yang lain ikut
                  berhenti. Jarak mereka dariku hanya dua meter.

                         ”Aku justru diperintahkan menyambutmu dengan baik.” Stad
                  mencoba tersenyum—meski senyumnya terlihat buruk. ”Namaku Stad,
                  aku Panglima Barat, aku yang bertanggung jawab di gedung ini selama
                  Tamus belum kembali. Hei, kalian seharusnya menurunkan tangan
                  kalian.” Orang itu menoleh ke rekan­rekannya. ”Aku  tahu anak ini
                  spesial, punya kekuatan hebat, tapi kita tidak akan mengeroyoknya.”


                         Empat rekannya saling tatap, berhitung. Dua orang menurun­kan
                  tangan, yang lain tetap berjaga­jaga.

                         ”Kamu juga bisa  menurunkan tanganmu, Nak. Kita bisa bicara
                  baik­baik.”


                         ”Lepaskan Miss Selena.” Aku menatap Stad, ber­seru serak.


                         Stad menghela napas. ”Sayangnya itu tidak bisa kulakukan.”

                         ”Lepaskan Miss Selena!” aku membentak.


                         Stad     menggeleng.        ”Kalaupun       bersedia,     aku      tidak     bisa
                  melepas­kannya. Jaring perak itu diikat oleh Tamus, dan hanya Tamus
                  atau kekuatan besar yang bisa memutusnya. Kita bisa menunggu Tamus
                  kembali. Jika kamu bersedia memenuhi permintaan Tamus, jangankan
                  melepaskan satu­dua orang, kamu akan men­jadi sekutu terhormat
                  kekuasaan baru.”

                         Aku menggeram, tidak tertarik dengan omong kosong itu. Aku
                  datang demi Miss Selena, yang meringkuk diam di lantai pualam. Cepat





                                                                            http://pustaka-indo.blogspot.com
   341   342   343   344   345   346   347   348   349   350   351