Page 35 - Tere Liye - Bumi
P. 35
TereLiye “Bumi” 32
napas. Ini jarang sekali terjadi, bahkan seingatku tidak pernah terjadi.
Dua kucing ”kembar”ku ini selalu bersamasama menyambutku. Selalu
berdua ke manamana, bermain berdua, kompak.
”Apa si Hitam sakit, Put?”
Si Putih yang sedang kugendong hanya mengeong. Mata bulatnya
bekerjapkerjap. Baiklah, aku beranjak memeriksa ruang tengah, ruang
tamu, kamar mandi, bahkan garasi, apa pun tempat yang mungkin. Lima
menit siasia, aku kembali masuk ke dapur.
”Kamu belum berganti pakaian, Ra? Ayo bergegas, kita tidak bisa
lamalama di toko elektronik. Mama harus menyiapkan makan malam,
papamu pulang lebih awal malam ini.” Mama menatapku tidak mengerti.
Gerakan tangannya yang sibuk membereskan peralatan masak terhenti
sejenak, memperhatikanku yang sedang mencari sesuatu.
Aku menggeleng.
”Kamu mencari apa sih, Ra?”
”Ma, lihat si Hitam?”
”Si Hitam? Bukannya kamu sedang menggendong kucing
kesayanganmu?”
”Bukan yang ini, Ma. Satunya lagi.”
”Satunya lagi apa?”
”Iya, kucing Ra yang satunya lagi, Mama nggak lihat?”
”Aduh, Mama nggak ngerti deh. Kamu jangan anehaneh lagi kayak
waktu SD dulu. Jelasjelas sejak dulu hanya ada satu kucing di rumah
ini.” Mama melotot, lantas sedetik kemudian tangannya kembali
membereskan peralatan. ”Ayo cepat ganti seragammu, lalu makan siang.
Jangan keseringan menggoda Mama seperti yang sering papamu lakukan,
Ra.”
http://pustaka-indo.blogspot.com