Page 32 - Tere Liye - Bumi
P. 32
TereLiye “Bumi” 29
Aku beroh pelan. Aku lebih tertarik menghabiskan baksoku.
”Sebenarnya sih... eh, tapi kamu jangan marah ya?” Seli tibatiba
terlihat seperti menahan tawa.
Apa lagi ini? Tanganku yang menyendok bakso terhenti.
”Tapi kamu jangan marah ya, Ra...,” Seli mengulangi.
Aku menggeleng. ”Kenapa aku harus marah? Aku tidak peduli
kamu cerita tentang si biang kerok itu.”
”Ali tuh sebenarnya termasuk gwi yeo wun...” Seli kini sungguhan
tertawa.
”Gwi yeo wun?” Dahiku terlipat.
”Cute, Ra. Kalau saja dia lebih rapi, sikapnya lebih manis,
rambutnya diurus, pasti mirip bintang serial Korea yang aku tonton.
Serasi sekali dengan Ra yang manis dan berambut panjang.”
Kali ini aku sungguhan menimpuk Seli dengan bola bakso. Seli
tertawa dan cekatan menghindar. Tapi gawat! Baksoku mengenai kepala
anak kelas dua belas! Kami terpaksa bergegas kabur dari kantin, sambil
berteriak ke tukang bakso bahwa bayarnya nantinanti.
”Kamu cari masalah, Ra. Cewek itu ketua geng cheerleader.” Seli
berlarilari kecil menarikku, berbisik sebal. Aku patahpatah mengikuti
langkah kaki Seli, melewati keramaian kantin.
Tadi itu jelasjelas bukan salahku. Sasaranku kepala Seli, dan salah
siapa mereka duduk persis di belakang Seli?
”Semoga mereka tidak tahu kita yang melemparnya.” Seli nyengir.
”Bakso yang kamu lempar telak mengenai kepalanya. Mereka pasti lagi
marahmarah mencari tahu siapa yang melempar.”
Kami bergegas kembali ke kelas. Ruangan kelas X9 masih kosong,
hanya ada Ali yang entah kenapa sedang berada di meja kami, seperti
habis melakukan sesuatu. Seli melotot, mengusirnya.
http://pustaka-indo.blogspot.com