Page 138 - CITRA DIRI TOKOH PEREMPUAN DALAM TUJUH NOVEL TERBAIK ANGKATAN 2000
P. 138
nasib dan mengupayakan kehidupan mereka agar tetap berjalan dalam keyakinan
Ahmadiyah. Setiap hasil penjualan ikan di pasar selalu diserahkan untuk
menghidupi jemaah di pengungsian. Ketika bapaknya direncanakan dimakamkan
di tempat pemakaman umum, banyak warga sekitar pemakaman yang menolak
jenazah Pak Khairuddin dimakamkan di TPU tersebut. Pertikaian pun hampir
terjadi antara masyarakt di sekitar pemakaman dengan rombongan Ahmadiyah.
Akhirnya Umar berinisiatif memakamkan jenazah mertuanya di Mataram, yakni di
kampung halaman orang tua Umar. Semenjak kepergian bapaknya, perjuangan
untuk mendapatkan hak untuk kembali ke rumah mereka di Gerupuk dan hak
kebebasan bertahan dalam keyakinan meraka sebagai Ahmadiyah dilanjutkan oleh
Maryam, Umar, dan jemaah Muhammadiyah yang masih ada. Namun, pemerintah
setempat melalui keputusan dari gubernur bahwa pemerintah bersedia untuk
mengembalikan hak tinggal mereka jika mereka beralih menjadi penganut Islam.
Ringkasan cerita novel Maryam di atas jika menggunakan skema aktan dari
Greimas (Sumiyadi, 2021) yang bertujuan mengkaji hubungan antar tokoh,
dinamika tokoh, dan alur tokoh maka dapat digambarkan melalui bagan berikut ini.
Bagan 4.11
Skema Aktan dalam Novel Maryam
Pemarjinalan Hak keyakinan, Melanjutkan
kelompok hak hidup tenang, perjuangan Ayah
Ahmadiyah di dan hak atas harta Maryam bersama
Lombok milik pribadi jemaah Ahmadiyah
ditinggalkan
Masyarakat yang
Umar, Ibu, Fatimah tidak menghendaki
Bapak, dan Ibu Maryam adanya kelompok
Umar Ahmadiyah
Novel Maryam berdasarkan skema aktan dapat disimpulkan sebagai berikut.
133