Page 143 - CITRA DIRI TOKOH PEREMPUAN DALAM TUJUH NOVEL TERBAIK ANGKATAN 2000
P. 143
pemakaman menolak jenazah Pak Khairuddin di
makamkan di TPU tersebut. Pertikaian pun hampir saja
terjadi antara masyarakat di setempat dengan rombongan
pengantar jenazah Pak Khairuddin. Akhirnya Umar
berinisiatif memakamkan jenazah mertuanya itu di
Mataram, yakni di kampung halaman orang tua Umar.
Tahap
Keberhasilan -
Semenjak kepergian Pak Khairuddin, perjuangan untuk
mendapatkan hak kembali rumah mereka di Gerupuk dan
Situasi Akhir
hak kebebasan untuk berkeyakinan sebagai Ahmadiyah
dilanjutkan oleh Maryam, Umar, dan jemaah Ahmadiyah
yang masih ada. Namun ketika ditemui, pemerintah
setempat melalui pak gubernur hanya bersedia
mengembalikan hak rumah tinggal mereka jika mereka
beralih menjadi penganut Islam.
Berdasarkan judulnya novel Maryam mengambarkan kisah tokoh perempuan
bernama Maryam. Sebagaimana judul, Maryam adalah titik sentral perhatian
pengarang untuk para pembaca. Pengarang berupaya menyampaikan pesan kepada
pembaca melalui judul bahwa novel ini meneritakan tentang seorang perempuan
bernama Maryam dan perjuangannya dalam memperoleh kembali rumah mereka.
Sekaligus dengan harapan memperoleh kebebasan berkeyakinan sebagai orang
Ahmadiyah.
Pengarang novel, Okky Madasari selalu menggunakan sudut pandang orang
ketiga dalam becerita. Okky menuliskan tokoh-tokoh cerita dengan menyebut
nama-nama tokohnya, seperti Maryam, Umar, Alam, Fatimah, dan yang lainnya.
Atau menulis dengan sapaan untuk orang ketiga seperti, ibu, bapak, pak, dan bu.
Gaya bahasa yang digunakan Okky Madasari dalam novel ini cukup beragam,
misalnya majas hiperbola, simile, sinisme. Okky lebih sering menggunakan
hipebola pada situasi dan kondisi yang tepat sebagai upaya dirinya untuk
mengungkap suasana hati pada tokohnya. Gaya bahasa sinisme kerap digunakan
138